Tak Berkategori  

Daun Taguh Sahari, Digunakan untuk Kebal Senjata Tajam

Di Kalimantan Selatan, terdapat daun yang diyakini bisa membuat tubuh kebal senjata tajam. Daun magis itu sering disebut Daun Taguh Sahari. Sejak dahulu banyak masyarakat yang mencarinya.

Muhammad Hidayat, Kandangan

Daun Taguh Sahari diambil dari bahasa Banjar. Kalau diartikan dari namanya; daun kebal satu hari. Sesuai dengan namanya, efek kekebalan pada daun itu mempunyai durasi waktu yang singkat.

Orang memanfaatkan untuk kekebalan tubuh. Biasanya untuk bermain bola, dengan cara mengusapkan daun ke kakinya, atau ditelan langsung. Ada juga orang menggunakannya saat hendak berkelahi. Selain itu, bahkan digunakan pada ayam jago yang akan diadu.

Untuk Memperoleh Daun Taguh Sahari sangat lah susah dan sangat jarang ditemui. Kabarnya, Daun Taguh Sahari sering didapat di hutan pegunungan Meratus.

Konon, memetiknya pun ada waktu tertentu. Selain itu harus ada ciri-ciri tertentu pada daun, seperti memiliki urat yang bersambung dari bawah sampai ke atas.

Penasaran akan keberadaan daun Daun Taguh Sahari, Saya pun mencoba mencarinya dengan dibantu Sekretaris Desa (Sekdes) Hulu Banyu yang bernama Yusran.

Saya kemudian diajak Sekdes ke tempat di mana ada orang yang memiliki daun magis tersebut. Namanya Abran, begitu warga menyapanya.

Biasanya dia sering ditemui di parkiran depan objek wisata air panas Tanuhi, Desa Hulu Banyu. Di sana banyak warga sekitar berjualan buah ataupun lainnya.

Benar, Kami mendapati Abran di lokasi yang dimaksud. Ia menuturkan, tak jarang menemukan Daun Taguh Sahari secara tidak sengaja dan menjual kepada siapapun yang mau membeli.

“Memang daun ini selalu didapat secara tidak sengaja, tergantung keberuntungan. Jika baastilah (sengaja) mencarinya tidak mungkin bapakulih (dapat), dan jarang batamuan (ditemukan),” ujarnya sambil memperlihatkan Daun Taguh Sahari.

Abran sehari-hari bekerja membuat kerajinan Lukah dan bertani. Dia mengisahkan, saat ke hutan mencari sesuatu biasanya secara kebetulan melihat satu atau dua batang pohon Daun Taguh Sahari.

“Daun yang saya pegang ini diperoleh ketika mencari rotan dan bambu di hutan, untuk bahan baku membikin lukah. Secara kebetulan, saya melihat dua batang pohon Daun Taguh Sahari,” kata pria asli Dusun Tariban, Desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado.

Ciri-cirinya, ia menggambarkan,Daunnya begitu mirip daun durian, hanya saja Daun Taguh Sahari sedikit lebih besar. Ketika diremas-remas bagaimanapun, meskipun sudah kering, tetap tidak hancur.

Kemudian bentuk pohonnya kecil setinggi pinggang orang dewasa dan sebesar jempol kaki. Namun ada juga yang berukuran besar.

Abran pun membuktikannya dengan meremas-remas daun itu. Ternyata memang tidak hancur dan tidak ada bekas diremas.

“Kalau daun yang lebar ini adalah jenis bini (perempuan) sedangkan yang magisnya yang lebih kuat adalah daun laki (laki-laki) dengan ukuran lebih kecil,” tutur Abran.

Kendati jarang ditemui, Abran mengaku mengenali persis bentuk dan ciri-ciri Daun Tagus Sehari. Saat menemukan, ia tak ragu lagi dan langsung memetiknya untuk dibawa pulang. Selanjutnya Abran menjualnya di sekitar lokasi wisata Tanuhi seharga 10 ribu rupiah.

“Saya menjual segitu untuk upah memetik saja. Banyak yang beli saat hari raya tadi. Kebanyakan pengunjung dari luar daerah. Ada kemarin, orangnya tua sekali, beli lima lembar sekaligus,” ucapnya.

Sepuluh ribu rupiah memang relatif sangat murah jika dibandingnkan dengan magisnya daun itu. Tetapi ia berujar, magisnya daun terletak pada keyakinan masing-masing, karena daun hanya lah sebuah perantara.

Ia menjelaskna, untuk menimbulkan efek magis Daun Tagus Sehari, harus dirajah terlebih dahulu kepada orang pintar. Abran mencontohkan seperti kepada tuan guru. Jika tidak dirajah, bisa jadi daun tidak memberikan efek magis.

“Kita bersyariat. Yang ampun kuasa manantuakan (yang maha kuasa menentukan). Yang penting keyakinan,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, warga bernama Zamil mengatakan pernah membuktikan sendiri daun tersebut. Ia mengaku mengetesnya dengan meletakkan jarum jerami di antara siku, kemudian sikunya dilipat. Ternyata jarumnya yang patah sedangkan lengan tidak apa-apa.

“Karena kurang yakin kita tidak berani pakai parang, sedangkan jika pakai jarum lukanya paling sedikit. Saya tidak tahu daun itu sudah dirajah atau tidak karena diberi orang,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Daun Taguh Sahari tidak bisa dipotong dengan benda tajam jika ingin menggunakan sebagian, tetapi bisa dirobek dengan tangan.

Kelebihan dari Daun Taguh Sahari tidak ada pantangannya. Misal dibuat dalam dompet yang selalu diduduki, dibawa ke jamban atau pantangan-pantangan lain yang biasa dimiliki benda “magis” lain. Sebab Daun Taguh Sahari merupakan asli dari alam.

Ia mengatakan, sesuai namanya, efeknya hanya sehari, dan batasnya rata-rata sampai waktu Asar, sebab malam hari sudah berubah hawanya dan menghilang sendirinya meskipun daun sudah di dalam tubuh.

Sampai saat ini masih belum jelas diketahui nama pohon yang menghasilkan efek magis tersebut. Masyarakat pun tidak mengetahui pasti jenis tumbuhan apa karena sangat sulitnya ditemui. Tetapi perlu ditegaskan, penggunaan efek magis tersebut bukan untuk dipamerkan dan untuk bersombong. (dra)