Jika kita bepergian arah ke luar kota menuju Hulu Sungai, Kalimantan Selatan. Memasuki kawasan Desa Tatakan Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin.
Dari jalur kiri terpampang sebuah papan nama bertuliskan Makam Datu Ganun dengan tanda panah kurang lebih 800 meter menuju makam tersebut.
TAPIN, koranbanjar.net –
Lalu, siapakah Datu Ganun? jurnalis media ini mencoba menelusuri kisah, riwayat atau asal usul Datu Ganun.
Berawal keingintahuan dan rasa penasaran itulah, jurnalis mendatangi lokasi makam. Sesampai disana, masuklah jurnalis ke dalam rumah makam atau kubah yang letaknya ditengah perkebunan karet.
Pada kubah Datu Ganun, di dalamnya terdapat makam Datu Ganun sendiri berukuran 2×3 meter, berpagar ulin penuh ukiran dan bertirai hijau.
Pada sisi bagian kepala di luar pagar makam, ada dua makam anak kecil tanpa keterangan nama.
Setelah mengucapkan salam, jurnalis mengamati dengan seksama keadaan di sekitar ruangan kubah.
Terlihat tulisan pada dinding atas pintu masuk, Habib M.Saidillah Hasan(kakek), Habib Abdullah Hasan(Ayah), Habib Mahzatul Mahzub Al-Hasani dan Habib Barakatul Mahdzub Al Hasani(Datu Ganun).
Kemudian pada dinding atas sebelah kiri dari pintu masuk tertulis nama 10 murid Datu Ganum. Diantaranya, Datu Kabul, Datu Panjang/Ma’ad, Datu Dulung/M.Ali, Datu Muning, Datu Taniran, Datu Kuning, Datu Abbas , Datu Syekh M.Rais, Datu Bangkala, dan Datu Halilintar.
Masih diselimuti penasaran, usai ziarah, jurnalis koran banjar menemui seseorang yang dipercaya mengurus makam, bernama Mahmuddin atau biasa dipanggil warga setempat Katut.
Kepada jurnalis media ini, Katut menceritakan asal mula makam Datu Ganum. Menurut cerita yang ia ketahui, dahulu sekitar tahun 70 han, warga menemukan sebuah kuburan tertimbun ilalang dan padi.
“Sebab dahulunya masyarakat disini kerjaannya bertani hingga sekarang, dan tiba-tiba warga menemukan sebuah nisan kuburan dalam posisi tidak mengarah kiblat,” ujarnya.
Lanjut Katut, setelah dibersihkan ternyata nama dan keterangan meninggal(wafat) pada nisan tidak ada. Akhirnya kuburan itu diberi nama kuburan Datu Paling.
“Sebab posisinya membelakangi kiblat, bukan seharusnya mengarah kiblat bagi orang meninggal,” katanya.
Menurut kisahnya lagi, konon jika ada warga yang berhajat selalu terkabul. Diantaranya saat mau panen, apabila berhasil maka warga beramai-ramai menaruh kain kuning di makam itu.
“Alhamdulillah sampai sekarang sudah banyak yang terkabul, khususnya warga petani disini selalu berhajat kepada beliau(Datu Ganun), panen padi lancar dan berkah,” tuturnya.
Ditanya mengapa sekarang bernama Datu Ganun dan benarkah beliau seorang Habib?
Katut menjawab, dipanggil Datu Ganun, karena diambil dari nama kampung bernama Ganun, semata-mata untuk memudahkan orang mengingat dan menyebut namanya.
Lalu, benarkah ia seorang Habib ? Disini Katut mengaku tidak mengetahui dengan pasti, katanya 5 tahun yang telah lewat datang beberapa penziarah asal Banjarmasin.
“Nah mereka itulah yang memberitahukan kalau Datu Ganun adalah seorang Habib dengan marga Al Hasani, seperti yang tertulis di dinding itu,” sebutnya.
Namun warga sekitar dan penduduk asli disana malah tidak mengetahui kalau Datu Ganun merupakan keturunan Rasulullah.
“Kami malah tidak mengetahui tentang nama beliau sebenarnya, sebab makam itu dahulunya hanya berupa kuburan biasa yang ditemukan warga tanpa tulisan pada nisannya,” ucap salah seorang warga bernama Pembakal Hamdani, kala itu duduk disamping Katut.
Perbincangan sekaligus wawancara di sebuah warung kopi di dekat jalan masuk menuju makam itu cukup singkat namun jurnalis masih dibayangi rasa penasaran terhadap riwayat Datu Ganun.
Apakah benar Datu Ganun seorang Wali Allah, merupakan keturunan(dzuriayat) Nabi muhammad, bernama Habib Barakatul Mahdzub Al Hasani.
Hingga sekarang nama sebenarnya Datu Ganun masih teka teki dan penuh rahasia. wallahualam bisawab. (yon)