Religi  

Curhatan Relawan Jalur Haul Guru Sekumpul

Kantuk dan lelah dengan menghadang risiko lalu lintas, dirasakan relawan ‘jalur’ Haul ke-15 Guru Sekumpul, selama 6 hari bertugas. Meski tak dapat hadir langsung ke acara, relawan mengharap keberkahan melayani jamaah.

 

MUHAMMAD HIDAYAT, Kandangan

 

TENGAH malam saat arus balik jamaah haul ke-15 Guru Sekumpul, jalan raya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tak luput dari kerumunan kendaraan.

Bukan malam yang biasa, ribuan cahaya lampu kendaraan menyorot jalanan.

Lampu stik merah kerlap-kerlip pun, bergoyangan di titik-titik persimpangan maupun peristirahatan. Diayunkan petugas relawan yang mengatur kelancaran lalu-lintas.

“Suasana seperti ini, rasanya lebih dari hari raya meriahnya orang datang,” ujar Ibung seorang relawan Majelis As Shofa, Jalan Rantauan, Desa Gambah Luar, Kecamatan Kandangan.

Maksud pernyataannya itu, bukan melebih-lebihkan, ataupun kemeriahannya melebihi hari raya. Akan tetapi, kuantitasnya yang tampak sangat terasa.

Sebab masyarakat berbagai daerah di Kalimantan, saking mengharapkan keberkahan dari Guru Sekumpul. Sehingga datang berbondong-bondong menghadiri haul sang wali Allah Swt.

Bumi Antaludin (julukan daerah HSS), menjadi perlintasan jamaah haul menuju wilayah Hulu Sungai (sebutan daerah Kalimantan Selatan bagian utara), Kalimatan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Memasuki malam ke-6 bertugas, para relawan masih hadir pada posisinya masing-masing.

Kantuk dan lelah sudah pasti dirasakan, tak sedikit yang hanya istirahat tidur di posko. Bahkan ada tidur di tepi jalan, dengan udara dingin bercampur asap knalpot.

Akan tetapi, entah kenapa semangat mereka masih terus berkobar. Meski sudah ada pembagian shift tugas, ada saja yang semangat hadir lagi di luar jam tugasnya.

Hal itu sesuai harapan Ketua MUI HSS KH M Ridwan Basri, selaku koordinator posko induk Kabupaten HSS.

Guru Kapuh -sapaan akrabnya- berpesan, relawan supaya tetap semangat bertugas sampai selesai.

“Hari pertama sangat bersemangat, hari berikutnya jangan sampai kendor semangat,” ucapnya, usai meninjau sejumlah posko bersama Bupati HSS.

Selain di posko-posko rest area, untuk pelayanan peristirahatan jamaah. Banyak relawan bertebaran di titik-titik persimpangan.

Relawan yang berjaga di persimpangan, mengarahkan jamaah melintasi rute alternatif untuk mengurai kemacetan.

Serta menyeberangkan masyarakat, yang keluar-masuk jalan desa dan lainnya.

Tak sedikit pengendara, tidak mematuhi arahan petugas relawan.

“Sangat sering hampir terjadi tabrakan, ketika ada yang tidak mematuhi arahan petugas,” ucap Faisal, relawan berjaga di pertigaan Desa Gambah Luar.

Bahkan ungkapnya, tak sesekali petugas hampir tersulut emosi, karena hampir tertabrak akibat hal tersebut.

“Namanya orang perjalanan jauh, kadang mereka (pengendara) pasti ingin cepat, sehingga petugas relawan juga harus menjaga diri dari bahaya,” ucap Saini, relawan lainnya.

Petugas menurutnya, jangan ragu dan harus saling berkoordinasi. Lepas koordinasi sedikit saja, akan sangat membahayakan bagi semua yang ada di lokasi.

Kendati demikian tambahnya, semestinya pengendara juga harus memahami, semua juga ingin segera berakhir.

Sehingga tuturnya, semua perlu saling bersabar untuk kelancaran bersama.

“Apapun yang dialami, semua relawan punya harapan sama, yakni mencari keberkahan dengan memberikan pelayanan pada jamaah yang berangkat,” ucap Zain, Ketua RT di Desa Bakarung, juga menjadi petugas relawan.

Sebab dengan menjadi relawan di jalur, otomatis tidak bisa ikut hadir langsung di acara puncak haul tersebut.

Serta namanya relawan, tak ada yang menggaji mereka menghadang berbagai risiko itu. Biarlah Tuhan memberikan bayaran hasil kerja mereka itu. (dya)