Tak Berkategori  

Cerita Paskibraka Pembawa Baki Bendera di Tapin, Saat Pandemi Covid-19

FEATURES, koranbanjar.net – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-75, nampak sangat berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini, Indonesia termasuk Kalimantan Selatan (Kalsel) terkena musibah mewabahnya Covid-19. Mengakibatkan, semua sektor terdampak. Bahkan, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Laporan Jurnalis koranbanjar.net, SANDY, Kabupaten Tapin

Anggota Paskibraka Adellia Agusti Salsabilla mengungkapkan, rasa kecewa karena masyarakat tak ada yang menonton saat upacara peringatan detik-detik proklamasi di Halaman Eks Kantor Bupati Tapin, Senin (17/8/2020) pagi.

Tahun ini peserta atau tamu undangan pengibaran bendera dibatasi, dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus menular tersebut. Sebab, kasus pandemi Covid-19 di Kalsel telah mencapai angka ribuan.

“Ya, kecewanya karena tak ada yang menonton dari masyarakat. Baik itu yang mau nonton karnaval atau peserta karnaval. Selain itu, harapannya semua bisa main. Akan tetapi, kesannya tetap mengesankan mesti hanya beberapa yang bisa ikut menyaksikan. Seperti TNI, Polri, dan unsur pemerintah saja,” ujar gadis berusia 15 tahun itu.

Adellia, diberi kesempatan menjadi pembawa baki bendera sang saka merah putih. Ia menceritakan, H-4 menjelang pelaksanaan upacara pihaknya menerima pengumuman keputusan yang membuat terkejut. Dari total 47 orang yang telah lolos mengikuti seleksi paskibraka tingkat Kabupaten Tapin, hanya 10 orang terpilih yang ditugaskan.

Terdiri dari tiga orang pengibar bendera, tiga orang penurunan bendera, dan empat orang cadangan. Sisanya, tetap mengikuti upacara di lapangan bersama peserta lain.

“Pasti bangga, karena tidak semuanya bisa menggiring bendera merah putih. Tanggung jawab lebih besar, tidak membawa nama sendiri melainkan mewakili teman yang lain,” ungkap anak dari pasangan Iptu Muksin dan Nila.

Gadis kelahiran Kaltim 27 Agustus 2004 itu mengaku, telah menggeluti paskib sejak empat tahun lalu di sekolah. Namun, baru tahun ini pertama kalinya dia mengikuti seleksi paskibraka tingkat Kabupaten Tapin dan dinyatakan lolos.

Usai terpilih dinyatakan lolos seleksi paskibraka, dia bersama temannya yang lain menjalani karantina selama lima hari empat malam. “Banyak pengalaman yang didapat selama karantina, seperti rasa solidaritas yang tinggi,” pungkas gadis yang tinggal di Binuang itu. (ykw)