Tak Berkategori  

Cerita Menakutkan Pasien Corona Singapura; Saya Pikir Tidur Dalam Waktu Lama

Cerita menakutkan pasien virus corona dialami Raymond Koh. Ketika dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19), dia merasa hidupnya segera berhenti.

JAKARTA – Raymond Koh merupakan salah satu pasien sembuh Covid-19 di Singapura. Dia menceritakan bagaimana menjalani proses penyembuhan dalam menghadapi virus mematikan itu.

Dilansir dari cnnindonesia.com, tanggal 1 Maret lalu, manajer IT di salah satu bank di Singapura itu mengalami gejala demam. Dua kali dia berobat ke klinik di Buangkok, namun demam tak kunjung turun. Awalnya, ia berpikir terkena demam berdarah.

Dokter di klinik tersebut mendeteksi kelainan di paru-paru. Dokter pun memutuskan memanggil ambulan dan membawanya ke unit gawat darurat di Rumah Sakit Umum Sengkang.

Di sana Koh dinyatakan terinfeksi Covid-19. Dia tak menyangka dan merasa terpukul atas diagnosa tersebut. Ketika itu otaknya hanya dapat memikirkan keluarga dan kerabat. Dia khawatir telah menularkan virus ke orang-orang terdekat.

“Saya pikir jika saya positif, banyak orang dapat terinfeksi. Saya memikirkan keluarga saya, rekan-rekan saya, bahkan orang-orang yang berada di kereta yang sama dengan saya,” ujarnya seperti dikutip dari Straits Times, Senin (30/3/2020).

Sehari setelah dirawat di rumah sakit, daya tahan tubuh pria 47 tahun itu kian melemah. Kadar oksigen di tubuh Koh mulai turun.

Sinar-X menunjukkan bercak di paru-paru diikuti suhu tubuh yang berfluktuasi. Saat itu, dokter memberi tahu ayah dari satu anak itu bahwa dia akan segera dibawa ke unit perawatan intensif (ICU).

“Pikiranku benar-benar kosong, Saya gugup dan takut. Saya berpikir, hanya ketika seseorang dalam kondisi kritis dia harus pergi ke ICU. Apa yang akan terjadi padaku? Apakah aku akan melihat istriku lagi?” ujarnya.

Malam itu, Koh menjelaskan tim pelacak kontak menelepon untuk mewawancarainya. Mereka bertanya terkait siapa saja orang yang ditemui Koh, dan apa yang telah ia lakukan dalam tiga minggu terakhir.

“Tetapi saya mengatakan kepada mereka rutinitas saya sama. Saya naik kereta untuk bekerja di Raffles Place setiap pagi. Saya pergi ke Hong, pusat jajanan Lim untuk makan siang dan kadang-kadang makan malam. Saya naik kereta pulang pada malam hari. Saya tidak bertemu siapa pun dengan (terlihat) gejala Covid-19,” kata dia.

Karyawan bank itu mengatakan bahwa hari kerja terakhirnya di kantor adalah Jumat 28 Februari. Dia tidak pergi bekerja setelahnya karena mendapat cuti medis selama lima hari.

Setelah Koh dikonfirmasi terinfeksi, istri dan putranya yang masih remaja pun memulai karantina dua pekan. Kata dia, semua terjadi begitu cepat.

“Tepat sebelum saya dibawa ke ICU, saya segera mengirim pesan teks kepada istri saya untuk memberi tahu bahwa saya mencintainya dan saya mencintai putra kami,” ujarnya mengenang.

Di ICU, Koh diberi obat penenang untuk menjalani prosedur intubasi agar dapat menghubungkan Koh ke ventilator. Terdapat enam selang tabung yang terhubung ke tubuhnya, di mulut, hidung, leher dan tangan.

Dengan selang tabung tersebut, Koh mengaku tidak bisa berbicara. Ia berkomunikasi dengan dokter dan perawat dengan cara menulis di secarik kertas yang telah diberikan di tempat tidur. Tangan Koh tidak bisa bergerak.

Perawat mengikat tubuh Koh ke ranjang tempat tidur untuk mencegahnya melepaskan selang-selang itu. Malam pertama Koh di ICU, kondisinya semakin memburuk. Ia mengaku rasa sakit di dada tak dapat dijelaskan oleh kata-kata, seolah virus itu meluncurkan serangan di dalam dirinya.

“Saya menderita. Saya berada dalam posisi yang sangat tidak nyaman dengan tangan saya diikat ke tempat tidur dan tidak bisa bergerak. Saya terus menatap jam di depan saya. Saat itu jam 11 malam dan memaksa untuk tidur. Saya pikir saya tidur untuk waktu yang lama, tetapi ketika saya membuka mata, hanya 10 menit telah berlalu. Aku berbaring di sana, terjaga sampai pagi berikutnya,” tutur Koh.

Butuh waktu lima hari hingga akhirnya dokter menemukan indikasi perbaikan di paru-parunya, dan tabung yang mendorong oksigen pun dapat dilepas.

Pada hari keenam, panggilan video diatur untuk Koh dan keluarganya. Air mata Koh mengalir selama 10 menit panggilan singkat itu berlangsung.

“Meskipun saya tidak bisa bicara karena masih ada tabung di tenggorokan, saya merasa sangat lega melihat istri dan putra saya. Saya memberi mereka acungan jempol, untuk memberi tahu mereka bahwa saya baik-baik saja,” kata Koh.

Setelah lima hari di ICU, Koh akhirnya dipindahkan ke bangsal isolasi, hingga keluar rumah sakit pada 19 Maret setelah ia dinyatakan negatif terpapar virus dalam dua kali pengujian medis Covid-19.

Ia mengaku tak pernah terpikir di benaknya mengalami semua hal mengerikan tersebut. Sebab dia menganggap dirinya sebagai pribadi yang tak senang bepergian. Koh lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dan di kantor.

“Aku tidak pernah mengira akan terkena virus karena aku tidak pergi ke tempat hiburan atau melakukan kegiatan di luar setelah bekerja. Jadi jangan anggap kamu aman. Siapa pun dapat tertular virus itu, dan di mana saja,” kata dia. (ara/dea/cnnindonesia/sir)