Merasa kesal atas janji dan harapan tak pasti atau harapan palsu (PHP) untuk meminta solusi dibukanya jembatan perbatasan Banjarmasin dengan Barito Kuala (Batola) untuk kendaraan angkutan barang, kurang lebih 200 supir angkutan se Kalselteng melakukan aksi demonstrasi di depan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Sabtu (23/1/2021).
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Pantauan langsung media ini di lokasi, Safari sopir angkutan barang lintas provinsi atau ekspedisi menuturkan, dia bersama ratusan sopir lainnya sudah 8 hari mogok menyopir demi solidaritas sesama sopir angkutan. Mereka menuntut akses jembatan dibuka agar bisa lewat, baik menuju Kalteng, Kaltim untuk mengirim barang maupun pulang kembali ke Banjarmasin.
“Kami hanya meminta jembatan dibuka agar kami bisa lewat mengantar barang itu aja, tetapi sampai saat ini sudah kurang lebih delapan hari, kami di sini tidak ada solusinya, bahkan kami hanya di PHP saja. Katanya nanti dirapatkan, dicarikan solusi, kenyataannya sampai sekarang belum ada jalan keluar,” tuturnya diiyakan sopir lainnya yang bergerombol di dekat Safari.
Sementara, Arifin, sopir angkutan barang jenis truk colt diesel mengungkapkan, alasan mereka tidak menuntut akses menggunakan jembatan dibuka, sebab jalan Sungai Tabuk terendam banjir cukup parah ditambah kondisi jalan rusak parah.
“Makanya karena jalan di Sungai Tabuk tidak bisa dilewati, makanya kami memohon bisa lewat sini (Kayu Tangi) dan jembatan minta dibuka agar kami bisa lewat mengantar barang,” tambahnya.
Selain itu, akses jalan lainnya dengan melewati kapal penyeberangan (fery) milik H. Rani dengan nama Fery Ranisa di Batola.
Lagi-lagi sopir mengeluh, sebab tarif dikenakan untuk menyeberang sangat mahal berkisar Rp300 sampai Rp1 juta satu buah mobil angkutan.
“Kalau sekali-sekali kita perlu tidak jadi masalah, tetapi kalau setiap hari, uang makan kami habis bayar feri, bahkan pernah sampai ngutang di perusahaan atau pemilik mobil, karena uang bersih yang diterima tidak ada, habis untuk bayar ini dan itu,” keluh sopir lainnya.
Masih dari keterangan para sopir, yang tidak mengijinkan jembatan lama menuju Batola dibuka, adalah wewenang PT Wika Pandji KSO selaku penanggungjawab terhadap jembatan tersebut.
Sampai saat ini koranbanjar.net berusaha menghubungi pihak PT Wika Pandji KSO untuk melakukan konfirmasi.
Akibat terjadinya mogok menyopir selama kurang lebih satu minggu ini, selama itu pula dirinya tidak pulang ke rumah bertemu anak istri.
“Apa yang kami bawa jika pulang ke rumah, duit hanya cukup buat bertahan di sini, begitu pula kawan-kawan yang lain senasib, uang makan dan uang jatah beli bahan bakar sudah dipakai buat makan beberapa hari di sini, sedangkan barang belum diantar, gimana?,” ungkapnya.
Akibat aksi unjuk rasa ini, mengakibatkan kemacetan total kendaraan roda empat sepanjang 3 kilometer, sebab dari jalan depan Unlam Banjarmasin ditutup sengaja para sopir, hanya kendaran roda dua yang bisa melintas.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Kepolisian dan Dinas Perhubungan baru saja tiba di lokasi kejadian.(yon/sir)