MARTAPURA, koranbanjar.net – Siapa yang tidak tersayat hati melihat sang buah hati yang masih bocah tewas karena tenggelam. Itulah sayang dialami Fahtarruzi dan istri, warga Komplek Pintu air Permai RT 07 Desa Bincau Blok B No 33, Kecamatan Martapura, saat menemukan putranya, Muhammad Arief Fazrial (8), meninggal dunia akibat tenggelam di Saluran Irigasi, tak jauh dari tempat tinggalnya, Senin (5/3), sekitar pukul 16.30 wita.
Informasi yang dihimpun koranbanjar.net, kejadian itu berawal ketika bocah, Muhammad Arief Fazrial (8) sedang asik bermain dengan seorang temannya saluran irigasi pada Senin (5/3) siang. Namun lama bermain, dia tidak pulang-pulang. Keluarga korban maupun warga hanya menemukan sepeda dan baju korban yang tergeletak di tepi irigasi.
Menyaksikan keadaan itu, warga setempat berusaha mencari keberadaan bocah tersebut. Setelah lama melakukan pencarian, akhirnya warga menemukan korban di tepi irigasi, depan Komplek Lutphia Tunggal, Bincau dengan kondisi mengapung dengan tubuh yang sudah membiru dan hanya mengenakan celana dalam.
Oleh warga korban langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura. Namun tak kala di perjalanan, anak dari Fahtarruzi tersebut dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis yang membawanya menggunakan ambulan ke Rumah Sakit.
Menyaksikan keadaan korban, orangtuanya tak bisa membendung kesedihan. Ketika korban tiba dirumah duka, ibunya histeris dan tak kuasa melihat anaknya terbujur kaku di ruang tengah dalam kondisi sudah tak bernyawa. Hanya suara zikir dan nama anaknya yang keluar dari mulut ibunya itu.
“Ya Allah Arief…. kenapa Arief,” ujar ibunya.
Sejumlah relawan yang mengevakuasi Arif ke RSUD Ratu Zalecha Martapura dikabarkan sudah berusaha secepat mungkin melakukan tindakan penyelematan.
Relawan dari Emergency Banjar Respon yang juga anggota PMI Banjar, Akhmad Kharisma Adzandy mengatakan, saat dievakuasi ke rumah sakit pihaknya sudah melakukan Resusitasi Jantung Paru (metode untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi tubuh yang terhenti, red) terhadap Arief hingga sampai ke IGD Ratu Zalecha Martapura.
“Usaha kami dalam memberikan pertolongan sudah maksimal selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, tapi sayang Tuhan berkehendak lain,” ujarnya.
Hingga saat ini tidak bisa diketahui secara pasti penyebab tenggelamnya Arif. Menurut warga di TKP, sejumlah anak-anak termasuk Arief memang sedang mandi di saluran irigasi tersebut.
Menurut tante korban, Hj. Nurul, korban sudah sering diperingati agar jangan bermain di irigasi.
“Sering saya mengingatkan karena dia tidak bisa berenang, cuman anaknya bandel tidak mau mendengarkan,” ujarnya.
Di tempat yang sama seorang warga Mursidi (25) menyatakan bahwa setiap tahun irigasi di sana selalu memakan korban. “Tidak hanya kali ini, selama saya tinggal di sini sekurangnya dua orang dalam setahun yang tenggelam di irigasi,”pungkas Mursidi.(sen/sai/kie)