Banjir adalah Musibah yang Diperbuat

Oleh

Pimred koranbanjar.net

Denny Setiawan

Banjir bukan musibah yang pertama dialami masyarakat Kabupaten Banjar dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Itu artinya, sudah sebanyak 4 kali kepemimpinan kepala daerah di Kabupaten Banjar berganti. Memang ada bebepa langkah yang sudah dilakukan kepala daerah untuk mengatasi musibah banjir ini, namun semua itu belum memberikan jalan keluar yang kongkrit dalam mengatasi musibah banjir.

Sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Banjar terdampak banjir sudah menjadi biasa, bahkan kerap disebut wilayah “langganan” banjir. Sebut saja seperti Kecamatan Pengaron, Astambul, Martapura Kota, Martapura Timur, Martapura Barat, Sungai Tabuk dan Karang Intan.

Bagi penduduk yang bermukim di tengah kota, musibah banjir adakalanya disambut “riang gembira” atau seperti hiburan. Karena anak-anak mereka dapat bermain air di jalan-jalan lingkungan atau di teras rumah “bak kolam renang”.

Namun tidak bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani sawah atau petani kebun. Sedangkan masyarakat Kabupaten Banjar didominasi petani, bahkan lebih dari 50 % masyarakat Kabupaten Banjar adalah petani. Banjir sudah pasti menyebabkan dampak ekonomi yang sangat terasa. Mereka tidak bisa menggarap lahan pertanian atau kebun mereka. Mereka lebih banyak pasrah, menunggu air surut agar dapat menggarap lahan pertanian mereka kembali.

Baca Juga; https://koranbanjar.net/martapura-dikepung-banjir-permukiman-tepi-sungai-riam-kiwa-terendam/

Musibah banjir juga dipastikan berdampak mempercepat kerusakan jalan. Jalan-jalan yang sudah beraspal lebih cepat terkelupas, jalur-jalur utama yang menjadi penghubung masyarakat pelosok untuk membawa hasil bumi ke kota pun terputus seketika. Banyak sekali dampak kerugian yang ditanggung masyarakat Kabupaten Banjar, baik pada bidang ekonomi, kesejahteraan, kesehatan hingga terhadap infrastruktur. Ironisnya, salah seorang kepala daerah di Kabupaten Banjar pernah menanggapi persoalan musibah banjir ini dengan enteng. “Mulai saya memakai selawar pendek (bercelana pendek atau masih kecil), Martapura ini sudah banjir,”demikian celetuknya.

Musibah banjir yang melanda Desa jati Baru, Kecamatan Astambul dalam sepekan terakhir.
Musibah banjir yang melanda Desa jati Baru, Kecamatan Astambul dalam sepekan terakhir.

Musibah banjir seolah hanya dialami oleh satu atau dua kampung, atau mungkin seakan dialami hanya satu atau dua keluarga. Sehingga musibah banjir ini sakan-akan tak perlu diatasi dengan serius. Lucunya, Pemerintah Kabupaten Banjar hanya justru lebih “fokus” mengatasi musibah banjir ini hanya dengan menyediakan bantuan soasial sebanyak-banyaknya, seperti mengirimkan mie instan yang hanya beberapa bungkus, minyak goreng dan beras beberapa liter per keluarga. Musibah banjir seolah selesai hanya diatasi dengan mengirimkan bantuan sembako?

Baca Juga : https://koranbanjar.net/desa-jati-baru-banjir-aktivitas-warga-lumpuh/

Sudah menjadi rahasia umum, dari hulu wilayah Kabupaten Banjar atau wilayah pegunungan sarat dengan aktivitas pertambangan batubara yang sama sekali tidak ramah lingkungan. Hujan yang berhari-hari mengguyur wilayah tersebut sudah dipastikan menimbulkan dampak meluapnya air di Sungai Riam Kiwa. Tak heran, sejumlah desa yang berada di tepi Sungai Riam Kiwa akan terendam banjir. Kendati hanya terjadi pada saat musiman, lantas apakah itu disebut sebuah kewajaran? Apakah Pemerintah Kabupaten Banjar hanya diam menyaksikan kejadian itu, dan apakah hanya cukup mengatakan, “Namanya juga musibah…..” Banjir adalah musibah yang memang sengaja diperbuat.(*)