Cerita dari mulut ke mulut tentang Gua Liang Bangkai memang tak terbukti secara nyata dan ilmiah. Namun, penemuan para arkeolog yaitu fosil manusia purba serta benda-benda yang mereka gunakan untuk bertahan hidup lah yang menjadi bukti nyata bahwa tempat ini pernah dihuni oleh manusia yang hidup pada zaman sebelum masehi silam.
TANAH BUMBU, SITI MUHASANAH
Gua Liang Bangkai merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari pusat Kota Batulicin, anda sudah bisa menikmati pemandangan gua batu kapur dengan aroma kotoran kelelawar yang khas.
Walaupun letaknya di pinggiran Desa Dukuh Rejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu tapi gua ini banyak menarik minat para wisatawan, baik dari wisatawan lokal hingga mancanegara.
Namun, pernahkah anda bertanya-tanya kenapa gua ini dinamakan Gua Liang Bangkai? Penulis akan ulas dalam artikel bersambung ini.
Menurut cerita dari masyarakat sekitar, konon di dalam gua tersebut dulunya pernah ditemukan orang meninggal. Sehingga, disebutlah gua itu dengan sebutan Gua Liang Bangkai. Tapi cerita itu tidak ada yang tahu pasti tentang kebenarannya karena cerita itu hanya menjadi cerita mulut ke mulut serta diperkirakan terjadi pada awal desa itu terbentuk pada zaman orde baru silam.
Penulis sendiri mengira bahwa gua ini mulai banyak dikenal orang sejak ditemukannya fosil manusia purba oleh para arkeolog sekitar tahun 2014 lalu, yang sangat ramai pemberitaannya di media massa. Namun ternyata, gua ini memang telah lama menjadi wacana destinasi wisata serta telah lama diteliti oleh para arkeolog.
Sedangkan menurut Pemandu Wisata Gua Liang Bangkai, Nursiono menjelaskan bahwa kapak serta benda-benda peninggalan pra sejarah yang ada di dalam gua itu ditemukan pertama kali oleh dirinya.
“Memang kalau untuk kapak batu itu saya yang pertama kali menemukan. Kalau untuk cerita tentang ditemukannya orang meninggal di dalam gua itu mungkin gini mba, kan disini dulu itu banyak banget sarang burung walet jadi mungkin mereka itu sedang mencari sarang burung walet di sini. Nah, mungkin karena ada kecemburuan antar kawan, tangga untuk naik ke atas mencari sarang burung walet itu dipotong atau dipatahkannya sehingga dia jatuh dan meninggal disitu. Namanya juga kisah dari mulut ke mulut kan mba, jadi bisa nyata bisa juga nggak,” ujarnya.
Pria berusia 56 tahun yang akrab disapa Sio ini mengaku menemukan kapak batu itu saat hatinya tergerak untuk naik ke atas gua tersebut. Saat menggali, ia tiba-tiba menemukan kapak batu yang kemudian ia simpan di dalam rumahnya.
“Yang jelas untuk fosil manusia purba itu memang nyata mba, bukan cuma cerita karena para arkeolog sendiri yang meneliti,” ujarnya.
Sio juga mengisahkan, bahwa saat Gua Liang Bangkai ini resmi dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu ada beberapa kejadian mistis yang dialami oleh para pengunjung termasuk keponakannya sendiri.
“Memang dulu waktu awal-awal dibuka, pernah ada kejadian aneh. Waktu itu pernah ada salah seorang warga sini yang berfoto di dalam gua yang agak naik ke atas, beliau pas itu pakai kerudung tapi fotonya jadi nggak pakai kerudung dan rambutnya terurai. Terus keponakan saya sendiri juga pernah foto di dalam Gua yang kami beri nama Gua Putri, dia itu fotonya sendiri tapi di belakangnya kok ada wajah yang dengan rambut yang terurai. Akan tetapi, itu waktu dulu awal-awal dibuka, kalau sekarang udah nggak ada lagi,” tuturnya.
Saat mengambil beberapa foto untuk dokumentasi setelah wawancara dengan pemandu wisata, beberapa kali kamera penulis tak bisa fokus dan selalu blur saat hendak mengambil foto dari luar gua. Entah itu merupakan tanda ada makhluk astral disitu, atau itu merupakan ucapan selamat datang untuk kami karena kami memang berniat untuk memasuki beberapa gugusan gua yang ada disitu. Dimana saat itu, penulis didampingi oleh pemandu wisata serta perwakilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu.
Penulis sendiri dulu sejak masih duduk di bangku sekolah menengah sering mengunjungi tempat ini bersama teman-teman. Kami asyik saja menjelajahi gua itu, berjalan menelusuri ke dalam gua yang gelap dan basah, dengan gangguan pekikan suara kelelawar tanpa menghiraukan bahwa tempat itu ternyata menyimpan sebuah kisah sejarah dan peninggalkan manusia pada awal peradaban dulu.
Hingga saat ini, tempat ini masih menjadi salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan yang tertarik dengan pesona alam dan gua yang cocok untuk mereka yang gemar hiking, camping maupun panjat tebing.(*)