Aneh! Wanita ini Mengurung Diri Dalam Kelambu hingga Usia 67 Tahun

MARABAHAN, KORANBANAJR.NET – Wanita yang mempunyai nama lengkap Siti Aisah, warga Jalan AES Nasution, Komplek Asrama Kodim (Asdim) 1005 Marabahan, RT 17, RW 1, Kelurahan Marababahan Kota, Kabupaten Barito Kuala (Batola) ini, terbilang mempunyai kebiasaan yang sangat aneh. Betapa tidak, ia mempunyai kebiasaan mengurung diri dalam sebuah kelambu khusus berwarna kuning hingga puluhan tahun lamanya.

Bahkan, diakui wanita yang lebih dikenal dengan sapaan Acil Isah ini, kebiasaan mengurung diri pada sebuah kelambu yang berada di kamar rumahnya itu sudah dilakukannya semenjak ia berusia 2,5 tahun hingga pada usianya mencapai 67 tahun seperti saat ini.

Lebih dari itu, Acil Isah pun tidak ingin dirinya dilihat secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain.

Bukan tanpa alasan, diceritakan wanita asli kelahiran Marabahan ini, hal itu dilakukannya karena dia adalah seorang wali.

“Ini sudah janji saya kepada Allah,” ucapnya singkat dari dalam kelambu, Rabu (11/7) kemarin.

Awal mulanya, diceritakan wanita yang hingga sekarang masih belum menikah ini, pada malam Jumat di bulan Ramadan saat usianya masih 2,5 tahun, dirinya diperdengarkan dengan suara seseorang tanpa wujud melalui dalam mimpi. Seseorang itu memberikan buah lalu meminta Acil Isah untuk segera memakannya.

“Setelah bermimipi memakan buah itu, dari keesokan harinya hingga 12 hari kemudian saya selalu merasa kenyang dan tidak makan. Kata orang, buah yang saya makan dalam mimpi saya itu adalah buah dari surga, dan suara yang saya dengar serta meminta saya memakan buah itu adalah suara dari malaikat,” ceritanya kepada koranbanjar.net.

Sejak bermimpi memakan buah yang ia percayai sebagai buah surga dari pemberian seorang malaikat itulah, hingga kini, wanita yang mengaku masih ada keturunan keluarga dari salah satu tokoh agama Islam di Batola, almarhum H Bawai ini, mengakui dirinya telah menjadi seorang wali dan cenderung selalu mengasingkan diri terhadap orang lain di sekitarnya serta mempunyai kebisaan menyembuhkan berbagai penyakit jasmani maupun rohani sampai meredakan permaslahan kehidupan seseorang.

“Banyak yang mengira saya sedang gila pada saat itu, padahal tidak. Semuanya baik-baik saja. Ini cuma karena waktu dan janji saya kepada Allah sudah tiba,” ucapnya dalam bahasa Bakumpai.

Diteruskannya, karena alasan suka mengasingkan diri itulah sehingga ada seseorang yang bernazar kepadanya, bahwa apabila sebuah keinginan dari seseorang itu tercapai, maka ia akan memberikan sejumlah kain kepada Acil Isah untuk dijadikan sebuah kelambu.

“Waktu itu saya masih berusia 2,5 tahun. Sejak saat itulah, hingga kini saya mengurung diri dalam kelambu dan tidak ingin dilihat orang lain,” ujarnya seraya menyatakan bahwa dirinya bukanlah seperti seorang tabib, apalagi dukun yang mempunyai ilmu hitam.

Untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, tidur dan lainnya, semua dilakukan Acil Isah di dalam kelambu yang berukuran sekitar 3×3 meter itu.

“Kecuali untuk membersihkan diri saja saya keluar dari kelambu ini,” pungkasnya.

Saat ini, nama Acil Isah memang dikenal oleh hampir semua warga sebagai seseorang yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan dapat meredakan macam-macam  persoalan rumah tangga serta hal lainnya. Bahkan, tak hanya dikenal oleh banyak warga daerah di Kabupeten Batola saja, nama Acil Isah sudah dikenal ke berbagai penjuru wilayah di Kalsel, terkhusus untuk kalangan-kalangan yang mempercayai efisiensi penyembuhan penyakit melalui cara non medis.

“Setiap harinya, selau saja ada orang yang datang ke sini, apalagi bila hari Sabtu dan Minggu, mereka datang secara bersamaan. Biasanya mereka datang dengan berbagai macam tujuan, ada yang meminta untuk kesembuhan penyakit, ingin anaknya berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang, ingin meredakan persoalan rumah tangga, minta ringankan urusannya, dan banyak lagi. Biasanya mereka yang datang saya beri air yang sebelumnya saya bacakan doa sesuai permasalahnnya,” bebernya.

Ditambahkan oleh saudari tertua Acil Isah, Arminah (88), pernah pada suatu hari sebelumnya mereka dikunjungi seorang pria berkebangsaan Arab Saudi.

“Untuk tujuannya kemari kami tidak bisa menceritakannya, itu rahasia orang. Yang jelas orang Arab itu datang ke sini untuk meminta sesuatu hal dan didampingi oleh seorang penerjemah bahasanya. Selain pria dari Arab itu, warga dari Jawa pun sering datang ke sini,” kata Arminah yang tinggal serumah bersama Acil Isah.

Namun sayang, di akhir perbincangan, Acil Isah tidak mengizinkan dirinya untuk difoto oleh wartawan koranbanjar.net.

“Acil Isah jangan difoto, nanti bahaya! Kemarin pernah ada seorang anak perempuan yang datang bersama ibunya tiba-tiba membuka kelambu. Beruntung ia tidak sempat melihat Acil Isah dikarenakan di saat yang bersamaan, entah kenapa mendadak hidungnya mengeluarkan darah. Setelah itu ia menangis dan langsung dibawa ibunya keluar kamar ini. Untung masih bisa kami sembuhkan. Kalau mau foto, foto dari luar kelambu saja,” kata Arminah. (dny)