Tak Berkategori  

Andin Terisak, Guru Oton pun “Berkaca-kaca”, Inilah Yang Diungkapkan

SUASANA haru menyelimuti seisi ruang kediaman ulama terkemuka, KH.Hasanuddin Badruddin di Jl Irigasi Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Jumat pagi tadi. Dengan suara tersendat-sendat dan isak tangis yang tiada henti, Andin Sofyanoor menumpahkan rasa bahagia yang dialaminya dengan linangan air mata.

DENNY SETIAWAN, Martapura

Andin Sofyanoor hanyalah seorang anak kampung yang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang teramat sederhana di Kelurahan Murung Keraton Martapura. Sejak kecil hingga dewasa, dia tidak pernah bermimpi atau bercita-cita menjadi seorang calon kepala daerah di Kabupaten Banjar.

Satu cita-cita besarnya cuma ingin menunaikan wasiat orangtuanya untuk menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar doktor.

Jumat pagi itu, Andin Sofyanoor yang sudah diketahui akan menjadi salah satu kandidat bakal calon Bupati Banjar berpasangan dengan bakal calon Wakil Bupati Banjar, KH. Muhammad Syarif Busthomi (Guru Oton), telah menggelar acara sederhana bersilaturrahmi dengan puluhan alim ulama.

Saran, masukan hingga dukungan disampaikan para alim ulama secara bergiliran kepada pasangan Andin dan Guru Oton. Bahkan dua tokoh ulama di antaranya yang merupakan dzuriat ulama besar KH Badruddin dan KH Muhammad Rosyad, yakni KH. Hasanuddin Badruddin dan KH Nauval Muhammad Rosyad juga menyatakan dukungan serta menyampaikan doanya terhadap pasangan Andin dan Guru Oton.

Andin sadar betul, bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Dia hanya anak kampung yang telah mendapat kesempatan bisa bersekolah hingga meraih gelar doktor serta memperoleh pengalaman menjadi anggota DPRD Banjar selama tiga periode.

Terlebih, Andin sejak usia 3 tahun sudah menjadi anak yatim yang harus mandiri dan bukan dari kalangan keluarga berada.

Mendengar pernyataan dukungan dan doa puluhan alim ulama, terutama dari KH Hasanuddin Badruddin, membuat Andin Sofyanoor tak kuasa menahan haru. Sejak dipersilakan menyampaikan sambutan beberapa patah kata hingga berakhir, Andin tak henti-hentinya menahan tangis. Dia sangat bahagia bisa mendapat dukungan dan doa dari para orang sholeh.

“Ulun bukanlah siapa-siapa. Ulun hanyalah orang kampung. Ulun tidak pernah bermimpi dan bercita-cita menjadi kepala daerah. Ulun hanya ingin menjadi khadam (pelayan) pian semua. Karena pian semua adalah guru ulun, guru-guru yang ulun muliakan, para orang sholeh. Jadi sudah seharusnya ulun yang harus melayani pian,” ungkap Andin yang masih terus terisak.

Suasana di ruang itu pun hening. Pelan dan terbata-bata Andin terus menyampaikan kata demi kata. Keharuan yang dialami Andin pun sepertinya juga dirasakan semua tokoh ulama yang berada di ruang itu. Tidak terkecuali bagi Guru Oton yang berkaca-kaca. Bahkan sesekali Guru Oton yang duduk di samping Andin, membelai-belai bahu Andin, kemudian mengambilkan beberapa helai tisu yang ada di hadapan mereka. Beberapa kali pula Andin melepas kacamata, sambil menyeka kedua matanya.

“Ulun memohon doa pian semua, mudah-mudahan niat ulun dipeliharakan Allah. Karena jika nanti ulun mendapat ridho Allah dan mendapat kepercayaan dari masyarakat, banyak godaan yang akan ulun hadapi, salah satunya adalah kekuasaan. Tanpa pian-pian yang akan mengingatkan ulun, menasehati ulun dan menjaga ulun, ulun akan kesulitan menghadapi semua itu. Karena cita-cita terbesar ulun, ulun ingin bersama-sama pian di akherat kelak,” tutup Andin.(*)