Tak Berkategori  

Ahli Thoriqat Asal Takisung, Tuan Guru Muhammad Nur (6); Sembuhkan Gangguan Jiwa Dengan Segelas Air

Mengajarkan ilmu tauhid dan tasawuf yang sekaligus membimbing murid-murid untuk dekat kepada Allah Swt, sudah tentu tak dapat dilakukan oleh orang sembarangan. Seperti halnya yang dilakukan ahli thoriqat asal Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Tuan Guru Muhammad Nur ini. Setidaknya, tuan guru atau pembimbingnya sudah mendapat “mandat” atau izin dari Rasulullah Saw, untuk mengajar dan menyebarluaskan.

DENNY SETIAWAN, Takisung

Setelah mendapat bimbingan langsung dari orangtuanya, Syekh Ibrohim Khaurani, Tuan Guru Muhammad Nur tidak serta langsung mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada masyarakat umum. Tetapi Tuan Guru Muhammad Nur juga sempat menunut ilmu tasawuf ke Tanah Suci Makkah. Di sana, dia bertemu dengan seorang ulama besar, ahli di bidang ilmu tasawuf asal India. Oleh ulama tersebut, dia dianjurkan untuk kembali ke tanah air untuk terus memperdalam ilmu tasawuf dengan orangtuanya, Syekh Ibrohim Khaurani.

Setelah bertahun-tahun mendapatkan gemblengan, hingga suatu saat orangtuanya, Syekh Ibrohim Khaurani wafat, Tuan Guru Muhammad Nur terus melakukan mujahadah atau mempraktikkan ilmu yang diperoleh dari orangtuanya tersebut.

Rumah Muhammad Nur di Takisung.
Rumah Muhammad Nur di Takisung.

Bersamaan itu, sudah mulai banyak orang yang berdatangan kepada dirinya, untuk minta diajari ilmu tasawuf dan minta bimbingan. Awalnya, Tuan Guru Muhammad Nur masih belum bersedia mengajarkan maupun memberikan bimbingan. Sampai suatu ketika dia mendapatkan izin langsung dari Baginda Rasulullah Saw melalui sebuah mimpi, untuk boleh mengajarkan dan memberikan bimbingan.

Nah, sejak itulah Tuan Guru Muhammad Nur mengajarkan ilmu tauhid dan tasawuf sekaligus memberikan bimbingan kepada murid-muridnya yang kini sudah rersebar, tidak hanya di Kalimantan Selatan, tetapi ke seluruh pelosok nusantara, di antaranya Kaltim, Kalbar, Kalteng, bahkan ke beberapa provinsi seperti Pulau Jawa dan Sulawesi.

Konon, semasa Tuan Guru Muhammad Nur masih hidup, ada seorang penuntut ilmu asal Kabupaten Tanah Bumbu atau Batulicin, yang mengklaim telah mendapat izin dari Tuan Guru Muhammad Nur untuk mengija-zahkan thoriqat yang diajarkan Tuan Guru Muhammad Nur kepada orang lain. Padahal, Tuan Guru Muhammmad Nur tidak pernah memberikan izin kepada muridnya untuk mengija-zahkan, selain dirinya atau anak-anaknya, setelah dia wafat.

Karena mengajarkan dan mengija-zahkan tanpa izin dari Tuan Guru Muhammad Nur, penutut ilmu asal Tanbu tersebut bukannya mendapat fadhilat dari ilmu yang disampaikan, justru sebaliknya malah mengalami gangguan jiwa.

“Waktu itu, si penuntut ilmu itu mengaku pernah belajar dengan abah (Tuan Guru Muhammad Nur), bahkan mengaku sudah mendapat ijazah untuk mengajarkan. Padahal, saya berpuluh-puluh tahun belajar dengan abah, tidak pernah diberikan izin untuk mengajarkan, kecuali langsung dengan beliau. Apalagi orang yang tidak pernah belajar dengan beliau, kemudian mengaku mendapat ijazah untuk mengajarkan. Singkat cerita, penunutu ilmu itu kami bawa ke tempat abah di Takisung, kemudian diberi beliau segelas air untuk diminum. Alhamdulillah langsung sembuh dari penyakit gangguan jiwa,” demikian dikisahkan seorang murid Tuan Guru Muhammad Nur dari Tanah Bumbu yang pernah ditemui koranbanjar.net secara langsung.(bersambung).