Nahas! Rumah janda beranak tiga, Masritah (40) ini rusak akibat tertimpa pohon enau tua, Senin (18/120) kemaren. Untungnya dia bersama anak bungsunya sedang di luar rumah. Namun demikian, saat kejadian, anak keduanya berada di dalam rumah. Begini ceritanya.
HENDRA LIANOR, BANJARBARU
SEMPAT ditegur tetangga agar mengurungkan niatnya berhadir ke acara maulid, karena cuaca yang tidak begitu bersahabat. Namun Masrita tetap bersikeras untuk berangkat ke acara salawatan tersebut. “Aku tetap berangkat karena ingin mendengarkan ceramah Habib,” ujarnya menolak teguran jirannya tersebut.
Dia bersama anak terakhirnya, Humairah Azzahra (5), menunggu taksi jemputan di warung yang terletak di seberang rumahnya. Waktu itu hujan masih saja mengguyur Cempaka, bahkan semakin deras ditambah lagi angin yang begitu kencang.
“Lumayan lama menunggu taksi jemputan, namun tidak kunjung datang,” ucap janda beranak 3 itu kepada koranbanjar.net, Rabu (20/12).
Sebelum Masritah bersama anaknya berangkat, dia sempat berpesan kepada anaknya yang kedua, M Wafi (13), untuk menjaga rumah selama ia bersama adiknya bertolak ke acara maulid.
Jarak antara warung Masritah menunggu taksi dengan rumahnya kurang dari 100 meter dan kurang lebih 50 meter masuk ke dalam dari jalan utama, Desa Bangkal RT 6 RW 2, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru.
Kurang lebih jam 15:00 waktu setempat, terdengar kabar dari tetangganya yang juga saudara Masritah, bahwa rumahnya hancur tertimpa pohon enau.
“Rumah pian karabahan pohon gatah,” ujar Masritah mencontohkan tetangganya tersebut mengabarkan kejadian.
Masih bercerita, saat didatangi ternyata bukanlah pohon gatah, melainkan pohon enau. “Rupanya tetangga mengira pohon yang tumbang itu adalah pohon karet,” ucap Wanita yang sudah hampir 2 tahun ditinggal mati suami ini.
“Hampir saja anak saya tertimpa pohon enau itu, untungnya selamat,” ungkapnya bersyukur.
“Ma, kaya apa rumah kita hancur,” ucap Wafi sambil menangis kepada ibunya kala itu. “Kada papa nak ai, rumah kita terang jadinya,” jawab Masritah kepada anaknya membujuk.
Diceritakan, saat itu Wafi anaknya diserang semut disebabkan sarangnya gugur di dekatnya.
Memang, seperti pantauan koranbanjar.net dua buah rumah yang berdempetan tersebut ruangannya terang benderang karena cahaya matahari yang masuk dari atas lantaran atap gentengnya hancur. Dari dua buah rumah tersebut, milik janda 3 anak itu lah yang paling parah kerusakannya. Mulai dari kamar tidur juga termasuk bagian dapur. Bahkan dinding rumahnya retak berkat hantaman keras robohnya pohon enau.
Pohon enau tersebut adalah milik tetangga, diakuinya pohon enau itu memang sudah sangat tua, bahkan diperkirakan sudah berumur 30 tahun. Lebih parahnya lagi pohon batangnya terlihat sudah rapuh saking tuanya. Wajar saja jika pohon tua itu tumbang sebab angin hujan lebat.
“Yang rusak banyak peralatan dapur, perlengkapan tidur dan televisi yang kena hujan lantaran hujan mengguyur seisi rumah akibat atapnya roboh,” tutur wanita yang kesehariannya berjualan nasi kebuli ini.
“Alhamdulillah kemaren banyak warga yang menolong membersihkan bekas reruntuhan. Bahkan beberapa bantuan diterimanya dari PMI dan kelurahan setempat berupa tikar, peralatan dapur dan tidur sampai pelaratan sekolah anaknya, serta obat-obatan.”
“Kalau kerugian saya tidak bisa menaksir berapa nominalnya, cuma ada yang menyebutkan puluhan juta rupiah jika memperbaiki seperti semula,” imbuh Masritah.
Sampai saat ini atap rumahnya masih menggunakan terpal seadanya, supaya mengurangi sinar matahari langsung dan hujan.(*)