Abdul Menderita Lumpuh, Mau Diopname, Malah Disuruh Pulang oleh pihak Rumah Sakit

PELAIHARI – Abdul Waras (13), siswa Kelas 6 SDN Batakan 1, warga Desa Batakan Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut, terus meringis kesakitan dan tergelatak tak berdaya di atas kasur bagaikan lumpuh, lantaran mengalami sakit pada bagian kaki hingga pinggang. Keadaan itu  akibat terjatuh saat bermain bersama teman sekelasnya beberapa waktu lalu.

Anak pasangan Masdar dan Hairiah ini bahkan harus dibantu dengan dipapah jika ingin mandi ataupun buang air.

Masdar mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan anak ketiganya agar tidak kesakitan lagi dan segera bisa berjalan.

“Abdul sudah saya bawa berobat dengan diurut tradisional bahkan sampai ke luar daerah, namun tidak juga sembuh. Dia terus saja menangis dan meringis kesakitan setiap hari,” ceritanya sedih.

Apalagi, lanjutnya Abdul akan menghadapi masa ujian sekolah yang membuatnya semakin khawatir tidak bisa mengikuti ujian akhir sekolah jika tak kunjung sembuh.

“Abdul sebentar lagi mau ujian kelas 6 sekolah dasar, jika tidak sembuh juga kemungkinan tidak bisa ikut dan tidak lulus sekolahnya,” keluhnya.

Masdar juga mengungkapkan yang paling membuatnya sedih adalah Abdul tidak bisa lagi melakukan kesehariannya yaitu menunggang kuda di pantai batakan membawa pengunjung yang berwisata.

“Abdul ini selain sekolah dia setiap hari Sabtu dan Minggu menunggang kuda untuk membawa pengunjung Pantai Batakan yang ingin berkeliling dengan kuda, dia memang hobi berkuda, itu yang membuat saya sedih tidak bisa melihat dia riang saat seperti menunggang kuda yang ada justru melihat dia menangis meringis kesakitan,” ungkapnya sedih.

Masdar mengaku sebelumnya sempat membawa Abdul Waras ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hadji Boejasin Pelaihari Kamis (9/2) lalu, namun bukan kesembuhan anaknya yang didapatkan tapi justru kekecewaan terhadap pelayanan pihak rumah sakit yang terkesan menelantarkan anaknya yang tak henti meringis kesakitan.

“Abdul sempat saya bawa ke rumah sakit di Instalasi Gawat Darurat (IGD) masuknya terus di rontgen, setelah itu dibiarkan dari siang hingga sore, saya minta supaya anak saya dirawat inap tapi malah disuruh bawa pulang untuk buat surat rujukan lagi dari puskesmas setempat dan besok bawa lagi untuk periksa di poli tulang,” kecewanya.

Masdar dan keluarga yang kadung kecewa bahkan sempat emosi dengan pelayanan RSUD Hadji Boejasin lantaran tidak menerima anaknya yang terus meringis kesakitan untuk rawat inap dengan perasaan kecewa membawa pulang Abdul menggunakan mobil ambulan Desa Batakan.

“Abdul gerak sedikit saja dia kesakitan apalagi dibawa pulang dengan ambulan, jadi perjalanan dari rumah sakit di Pelaihari ke rumah di Desa Batakan, Abdul terus menangis meringis kesakitan, saya sampai tidak tega melihatnya,” bebernya.

Masdar pun akhirnya tidak mau lagi membawa Abdul berobat ke RSUD Hadji Boejasin dan terpaksa hanya merawatnya di rumah untuk diobati secara tradisional dengan cara diurut, namun hingga hampir 2 minggu Abdul juga tak kunjung sembuh.

“Saya trauma membawa Abdul ke rumah sakit takut kejadiannya sama apalagi perjalanannya jauh Abdul pasti terus menangis kesakitan selama perjalanan karena banyak bergerak, jadi saya rawat di rumah saja dan saya panggilkan tukang urut, tapi sudah berapa orang saya panggilkan tukang urut Abdul juga tak kunjung sembuh,” ceritanya.

Saat dikonfirmasi melalu pesan singkat Whatshap Messenger, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut, Junaidi mengaku sudah menghubungi Kepala Puskesmas Desa Batakan untuk mendatangi rumah pasien melihat kondisinya.

“Saya sudah hubungi Kepala Puskemas setempat untuk mendatangi rumah pasien melihat kondisinya saat ini seperti apa,” ungkapnya.

Terkait dugaan penolakan pihak RSUD Hadji Boejasin Pelaihari permintaan pihak keluarga untuk pasien dirawat inap, pihaknya masih melakukan penelusuran seperti apa kronologisnya. Namun, Junaidi mengungkapkan kemungkinannya sementara hasil pemeriksaan tim medis rumah sakit saat itu, pasien tidak ada indikasi harus dirawat inap sehingga meminta pihak keluarga untuk membawa pulang dan membawa surat rujukan dari puskesmas setempat ke Poli Ortopedi (tulang) untuk mendapatkan rekomendasi dokter perihal penanganannya.

“Yang menentukan dirawat inap atau tidak itu ahlinya, bukan pasien atau keluarganya,” terangnya.(pri)