Religi  

Abaikan Peringatan Adat, Dua Pendaki Halau-Halau Dikabarkan Sempat Sekarat

LOKSADO, koranbanjar.net – Meski sudah diberitahu agar tidak mendaki puncak Gunung Halau-Halau 1902 MDPL, khusus pada Minggu hingga malamnya, namun rombongan pendaki ini tidak mengindahkan larangan dari para tokoh adat setempat.

Akibatnya, dua pendaki turun dengan keadaan sakit, bahkan dikabarkan sempat sekarat. Musabab dilarangnya ke puncak Gunung Halau-halau pada Minggu kemarin, karena masyarakat adat di Dusun Kadayang, Desa Haratai, Loksado, Hulu Sungai Selatan yang berada dekat dengan Gunung Halau-halau sedang mengadakan ritual adat memuja roh-roh penghuni gunung tertinggi di Kalsel itu.

Risda salah seorang warga Dusun Kadayang mengisahkan, berdasarkan kabar yang ia terima pada Sabtu (22/6) lalu ada 9 orang memarkir 5 unit kendaraan di kampungnya yang berniat mau mendaki puncak Halau-Halau.

“Nah mereka dinasehati kakek saya, bahwa diundurkan dulu niatnya sebab malam Senin mau dipuja (roh-roh penunggu Halau-Halau),” ungkap Risda, cucu Kepala Adat Dusun Kadayang.

Namun, lanjut Risda, mereka tetap nekat mendaki. “Jika terjadi apa-apa kata kakek saya, jangan salahkan warga kampung sini dan tidak dijamin keselamatannya,” tuturnya.

Pas hari Senin, lanjutnya lagi, terdengar kabar bahwa ada pendaki yang kondisinya melemah di perjalanan menuju pulang. “Ada salah satu dari mereka yang seakan sekarat tidak berdaya apa-apa lagi,” ungkapnya.

Ia menegaskan, sudah diperingatkan dari awal tetapi masih keras kepala. “Sudah kami ingatkan bila kami mengadakan acara yang seperti ini tolong jangan sembarangan di hutan tanpa izin Pengulu Adat, jika dilanggar kami tidak menjamin keselamatan,” tegasnya.

Risda menuturkan, kampungnya merupakan kampung keramat, tidak sembarangan kampung, sehingga tidak terlalu bebas. Jika melakukan sesuatu harus izin dahulu meskipun tidak saat aruh sekalipun.

“Syukurnya pendaki tersebut sudah bisa pulang ke rumahnya meskipun kemalaman dan teman-temannya sangat repot membantu untuk bisa bangkit kembali,” katanya.

Masyarakat pun saat itu tidak bisa membantu sebab sedang sibuk Aruh Adat, dan warga tidak mengetahui identitas para pendaki selain mereka berasal dari Kota Kandangan.

Informasi yang didapat dari salah seorang yang biasa aktif mendaki, Gani kepada Koranbanjar.net mengatakan, para pendaki tersebut baru sampai pertengahan perjalanan menuju puncak.

“Belum sampai Madupa lagi,” ujar pria asal Desa Taniran Kubah tersebut. Madupa merupakan pos camp pertama menuju puncak Halau-Halau.

Ia menambahkan, pagi Minggu kemarin yang naik mendaki sebanyak 10 orang asal Kandangan. Tetapi saat meminta izin di Kadayang mengatakan 9 orang saja, kemudian sorenya ada 7 orang asal Tabalong yang tidak diketahui apakah meminta izin atau tidak, sebab sore itu warga sedang melakukan ritual adat.

“Mereka tadi malam sudah di Banua (kampung masing-masing) semua, aman saja mungkin hanya mag kambuh,” pungkas Gani. (yat/dra)