70 Kali Beristigfar Dalam Sehari

Di antara perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seluruh hambanya, adalah perintah agar
kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah teladan terbaik bagi kaum Mukminin.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)

Untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita terlebih dulu harus mengetahui
bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupannya. Mari kita saling
mengingat keagungan pribadi dan akhlak Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga dengan mengenal dan terus mengingatnya, kita akan semakin terpacu untuk mengikuti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang sangat agung, yang
menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memadukan antara
pemenuhan terhadap hak Allah, sebagai Rabbnya dan penghargaan kepada sesama manusia.

Dengannya, hidup menjadi bahagia dan akhirnya berubah manis. Bagaimanakah akhlak
Rasulullah itu? Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang
banyak sekali bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmatNya dan sering
bertaubat dan beristigfar. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat sampai
kedua kaki beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bengkak, sehingga ada yang mengatakan:

“Wahai Rasulullah! Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lewat dan yang datang?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ringan menjawab, “Tidakkah patut aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur?!”

Meski beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat pandai bersyukur kepada atas segala limpahan
nikmat-Nya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap saja banyak beristighfar, memohon
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Allah! Sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu waTa’ala lebih dari 70 kali dalam sehari.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat takut terhadap murka Allah Subhanahu wa
Ta’ala jika beliau melihat gumpalan awan, terlihat di wajah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
isyarat seakan tidak suka.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah menanyakan hal tersebut, “Wahai Rasulullah ! orang-orang
umumnya senang melihat gumpalan awan karena berharap guyuran hujan, sementara engkau
terlihat tidak suka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai Aisyah! Adakah yang memberi jaminan kepadaku bahwa tidak ada adzab dibalik awan
itu? Karena ada juga kaum yang diadzab dengan menggunakan angin.”

Meski demikian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani. Pada
suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suara keras, sehingga mereka semua bergegas
menuju kearah suara. Saat mereka sedang berangkat menuju sumber suara, justru mereka
berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang dalam perjalanan pulang

dari sumber suara. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telanh mendatangi sumber suara sebelum
yang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga seorang yang sangat lembut dan tidak tergesa-
gesa. Suatu ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjumpa dengan seorang arab
badui lalu orang itu menarik selendang yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kenakan di
pundak sehingga meninggalkan bekas pada pundak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam .

lalu orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku sebagian dari harta yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala berikan kepadamu!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak marah. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh dan menyuruh kepada para sahabatnya agar memberikan
sesuatu kepada orang ini.

Kisah lain datang dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang pernah tinggal dan membantu
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 10 tahun, baik dalam perjalanan maupun ketika di
rumah. Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
selama 10 tahun tidak pernah mengatakan ‘Uh’ kepadanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga tidak pernah menyalahkan Anas radhiyallahu ‘anhu terhadap apa yang dilakukan, dengan
mengatakan, “Kenapa engkau melakukan ini?” atau terhadap apa yang tidak dilakukan, dengan
mengatakan, “Kenapa engkau tinggalkan?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangan beliau,
meskipun seorang pembantu kecuali dalam kondisi jihad fi sabilillah. Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga tidak pernah melakukan aksi pembalasan terhadap semua perlakuan buruk yang
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam alamai kecuali jika perlakuan buruk tersebut sudah masuk
kategori pelanggaran terhadap apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka
saat itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pembalasan karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala .

Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam: 4) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur
akhlaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan perbuatan nista,
tidak pernah mencela dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah tipe orang yang suka
malaknat.

Jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi dua pilihan, maka beliau akan memilih yang
paling ringan dan mudah selama pilihan yang paling ringan dan mudah itu tidak mengandung
dosa. Jika mengandung dosa, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling jauh darinya.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah seorang yang sangat dermawan terutama pada
bulan Ramadhan. Kedermawanan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalahkan angin yang
berhembus. Jika ada yang meminta sesuatu kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam atas
nama islam, maksudnya untuk memotivasinya agar masuk, maka pasti beliau akan berikan,
meskipun itu besar.

Perhatikanlah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sekawanan kambing kepada seorang laki-laki. Setelah mendapatkan pemberian yang sangat banyak tersebut, orang itu pulang ke kaumnya dan mengatakan: “Wahai kaumku, masuklah kalian ke agama Islam, karena Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan sesuatu sebagaimana pemberian orang yang tidak takut kemiskinan.”

Akhlak mulia beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berikutnya adalah beliau sangat zuhud
terhadap dunia, padahal beliau Rasulullah, utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala , Rabb yang maha

kaya. Jika beliau menginginkan dunia, maka pasti beliau bisa mendapatkannya, namun beliau
tidak menginginkannya. Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan pilihan antara
hidup di dunia semaunya ataukan menemui Rabbnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
memilih untuk menemui Rabbnya, maksudnya meninggal.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menahan lapar selama berhari-hari, karena
tidak memiliki makanan yang bisa digunakan untuk mengganjal perut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dunia ini tanpa meninggalkan harta warisan berupa emas, perak maupun binatang ternak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya meninggalkan senjata dan baju besi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang digadaikan kepada seorang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Subhanallah, bagaimanakah dengan kita ?! padahal beliau adalah Rasulullah, yang pasti terjaga dan tidak akan terperdaya oleh dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin juga sangat perhatian dengan umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kadang jalan untuk melihat dari dekat keadaan para janda dan orang-orang miskin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam penuhi panggilan atau
undangan mereka dan jika mampu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memenuhi kebeutuhan
mereka.

Pergaulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya sebatas orang-orang dewasa saja,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mendatangi dan mengucapkan salam kepada
anak-anak kecil serta mencandai mereka. Namun perlu diingat bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meski sedang bercanda. Pernah
ada yang mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mencandai kami,” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya saya tidak mengucapkan apapun kecuali yang benar”
Itulah sedikit gambaran akhlak Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang
diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. al-Anbiya’: 107). (sumber net)