Tak Berkategori  

Presiden Filipina Ancam Bunuh Polisi yang Korup

FILIPINA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Selasa (7/8/2018) mengancam akan membunuh polisi yang korup, termasuk mereka yang dituduh terlibat dalam narkoba dan kejahatan lainnya pada perbincangan yang sarat sumpah serapah dalam siaran langsung di televisi.

Pejabat polisi mengatakan lebih dari 100 polisi, banyak di antaranya menghadapi tuntutan administratip dan pidana termasuk perkosaan, penculikan dan perampokan, dikawal ke istana presiden untuk bertemu Duterte.

Polisi nasional yang pernah disebut Duterte “korup sampai ke akar-akarnya”, telah melakukan pembersihan internal sejak mereka dua kali dikeluarkan dari operasi penumpasan keras presiden terhadap narkoba tahun lalu karena laporan-laporan pelanggaran. Duterte kemudian mengizinkan mereka bergabung kembali dengan penggerebekan narkoba, sebagian karena badan anti-narkotika yang kecil kekurangan personil dan senjata untuk mengatasi ancaman narkoba.

”Jika kamu akan tetap seperti ini, saya benar-benar akan membunuhmu, ” kata Duterte kepada polisi dalam siaran jaringan TV lokal.

Kasus-kasus yang melibatkan beberapa polisi akan ditinjau, tetapi Duterte memperingatkan, “Saya punya unit khusus yang akan mengawasimu seumur hidup dan jika kamu melakukan kesalahan kecil sekalipun, saya akan meminta agar kamu dibunuh. ”

Kepada para keluarga polisi, Duterte berkata, ”Jika para orang-orang ini mati, jangan datang kepada kami dan meneriakkan `HAM, proses hukum yang baik karena saya sudah memperingatkan Anda.”

Ancaman publik seperti itu, bersama lebih dari 4.500 orang, umumnya tersangka narkoba miskin yang tewas dalam tembak-menembak dengan polisi di bawah penumpasan anti-narkoba Duterte, telah memicu kekhawatiran pemerintah Barat dan pengawas HAM sejak Duterte berkuasa pada pertengahan 2016.

Duterte yang berjanji untuk menegakkan kampanye anti narkobanya hingga hari terakhir masa jabatan enam tahunnya, sering menyatakan siap masuk penjara, meskipun ia menyangkal melakukan pembunuhan di luar hukum. Polisi mengatakan hampir 150.000 tersangka narkoba telah ditangkap dan puluhan penegak hukum tewas dalam penggerebekan narkoba, yang membuktikan bahaya memerangi obat-obatan terlarang masih menjadi masalah besar.

Kantor Bea Cukai dan otoritas anti narkoba Selasa malam mengumumkan penemuan sekitar setengah ton metamfetamin, shabu lokal, yang disembunyikan dalam dua silinder baja di dua van kontainer yang ditinggalkan di pelabuhan kontainer internasional Manila dalam salah satu penyitaan narkoba terbesar di bawah pemerintahan Duterte.

Kepala Badan Penindakan Narkoba Filipina Aaron Aquino mengatakan, mobil-mobil van itu berasal dari Malaysia, yang mungkin digunakan sindikat narkoba sebagai titik lintas pengiriman, namun tidak pernah diklaim di pelabuhan Manila karena ketatnya pemeriksaan.

Komisaris Bea Cukai Isidro Lapena memperingatkan, personel bea cukai yang terlibat dengan penyelundup narkoba akhirnya akan ditangkap. “Fakta bahwa saat ini penyelundupan tidak berhasil adalah pertanda banyak yang tidak ingin lagi bekerja sama dengan sindikat narkoba,” katanya kepada wartawan.(my/voaindonesia.com/sir)