Otonomi Media Lokal Berperan Penting

Oleh

Yanto Brahma

(Pimred Banua Post Grup Koran Banjar)

 

BANJARMASIN, KORANBANJAR. NET – Di era otonomi daerah, peran media massa, baik itu cetak, elektronik dan media online, makin penting. Itu kalau kebiijakan pengelolanya lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal.

Beberapa aspek penting dari peran institusi lokal, yakni sebagai masyarakat sipil yang ikut berpartisipasi, sekaligus melakukan kontrol terhadap kebijakan publik yang diambil penguasa.

Sebagai penyadar bagi masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan, serta saluran alternatif bagi aspirasi yang tersumbat oleh lembaga eksekutif atau legislatif.

Konsepsi ideal era otonomi daerah, memberi kesempatan besar bagi media massa lokal untuk lebih berperan aktif, sekaligus merupakan peluang dan tantangan untuk lebih maju daripada media nasional.

Disadari ataupun tidak, selaras dengan sentralistik pemerintahan masa lalu, media massa lokal selalu ditempatkan pada posisi nomor dua. Realitas masa lalu tidak dapat disangkal. Media massa yang dominan mengusung pesan lokal lebih cenderung terpuruk ketimbang yang banyak menyodorkan global message.

Tidak ada satu pun media massa, misalnya, yang menggunakan sarana komunikasi bahasa daerah hidup lebih layak. Nyaris semua media cetak berbahasa daerah sudah lama lenyap.

Hal yang sama menimpa juga pada media elektronik, terutama televisi lokal. Jika tidak segera beranjak, televisi lokal pun akan ditinggalkan. Beruntung, beberapa radio sudah lama beralih visi sehingga selamat.

Padahal dalam skala nasional, sistem politik memberikan kebebasan lebih pada media massa untuk berekspresi jika dibandingkan pada era Orde Baru.

Eksistensi media massa saat ini lebih mendapatkan tempat untuk memposisikan diri sebagai kekuatan keempat dalam negara yang menganut sistem pembagian kekuasaan. Media massa adalah kekuasaan mandiri, setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Strategi komunikasi yang berkembang, juga tidak lagi seperti pada masa orba. Media massa hanya menjadi corong bagi mereka yang duduk di jabatan tertinggi pemerintahan. Sehingga informasi yang beredar hanya untuk kepentingan penguasa. Sementara masyarakat, hanya dijejali dengan berbagai propaganda.

Saat ini sudah berkembang strategi komunikasi dua arah. Realitas tersebut merupakan angin segar bagi kehidupan media massa. Setidaknya pada orde ini, media massa dapat memberdayakan diri dengan tetap mempertahankan fungsi pokoknya, yakni memberi informasi, menjadi media pendidikan, sarana hiburan dan kontrol sosial.

Keempat fungsi pokok tersebut harus diperjuangkan dalam bingkai-bingkai norma yang berlaku, baik norma hukum, agama, susila, maupun norma kesopanan. Dengan begitu, cita-cita pers yang bertanggung jawab tidak lagi diukir di awan.

Keunggulan

Dari ketiga media massa (surat kabar & majalah, radio, dan televisi), televisilah yang memiliki keunggulan lebih dalam menyampaikan pesan terhadap masyarakat.

Televisi dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual. Dapat dilihat dan didengar serta datang langsung ke rumah-rumah masyarakat.

Karena keampuhan daya sebar dan daya pikat itulah, pada era ini masyarakat lebih besar perhatiannya terhadap televisi ketimbang media massa lainnya.

Bahkan televisi dapat menyerap perhatian semua segmen pasar. Mulai anak-anak, remaja, dewasa, sampai pada orang tua. Tidak perlu memiliki kemampuan khusus, seperti halnya kehadiran media cetak yang memerlukan kemampuan membaca.

Dalam frame bisnis, kelebihan-kelebihan televisi dalam menyerap daya tarik masyarakat ketimbang media massa lainnya, merupakan projek besar dan berprospek cerah.

Kondisi tersebut merupakan realitas yang tidak dapat ditolak. Karena keunggulan televisi dapat menyebarkan pesan dengan dimensi lengkap. Dibaca, didengar, dan dilihat. Sementara media cetak, hanya dapat diserap pesannya dengan membaca. Sedang radio hanya dapat ditangkap dengan pendengaran. (yebe/ banuapost.com/ Grup Koran Banjar)