Religi  

Mengunjungi Air Terjun Empat Tingkat Mandin Baangin

FEATURE, KORANBANJAR.NET – Mendengar kalimat air terjun empat tingkat, mungkin banyak orang akan membayangkan keindahan air terjun empat tingkat Bireuen di Gampong Ie Rhop, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Aceh, atau berkhayal mengunjungi air terjun empat tingkat di Desa Oenesu, Kupang, NTT.

Laporan Jurnalis KoranBanjar.Net, MUHAMMAD HIDAYAT, Loksado – HSS

Namun bagi para pelancong Kalsel, mewujudkan khayalan mengunjungi air terjun empat tingkat tersebut tentu rasanya berat di ongkos.

Wajar saja, karena hingga saat ini masih tak banyak yang mengetahui keberadaan nyata air terjun empat tingkat di Kalsel.

Jika banyak yang mengetahui surga kecil tersembunyi ini ada di wilayah Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS, mungkin khayalan untuk mengunjungi air terjun empat tingkat Bireuen atau air terjun Oenesu akan sirna dan tergantikan dengan air terjun empat tingkat di Desa Kamawakan. Namanya air terjun Mandin Baangin.

Perlu waktu sekitar satu jam dari pusat Kecamatan Loksado untuk menuju air terjun empat tingkat ini.

Kendaraan yang bisa digunakan untuk menuju air terjun ini hanyalah kendaraan roda dua. Ini dikarenakan akses jalan menuju air terjun Mandin Baangin cukup sempit dan berat.

Perjalanan bisa dimulai dari Loksado dan menyeberangi jembatan Desa Loklahung.

Sampai di pertigaan jalan setelah melewati jembatan Desa Loklahung, perjalanan dilanjutkan lurus mengikuti jalan semen yang kondisinya saat ini bisa dikatakan cukup memprihatinkan.

Kendati demikian, perjalanan berat di atas kuda besi menuju air terjun Mandin Baangin dirasakan penulis tak begitu meletihkan, karena nyaris di sepanjang perjalanan, hamparan ladang masyarakat serta potret kearifan lokal penduduk setempat menjadi pemandangan yang selalu siap menawar letih para wisatawan.

Setelah melewati beberapa perkampungan, kantor Desa Tumingki serta kantor Desa Kamawakan, perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua berakhir di ujung jalan Desa Kamawakan.

Di Desa Kamawakan, motor wisatawan dapat dititipkan di balai adat Sungai Binti.

Dari desa kecil ini, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki menyusuri jalan datar setapak dengan dipenuhi rerimbunan hutan khas Kalimatan.

Dengan berjalan kaki selama 30 menit ditemani seorang warga Desa Kamawakan, Linut, penulis akhirnya sampai di air terjun empat tingkat Mandin Baangin, surga kecilnya Desa Kamawakan.

Tingkat pertama air terjun Mandin Baangin. (foto: yat/koranbanjar.net)

Warga Desa Kamawakan biasa menyebut air terjun Mandin Baangin ini dengan nama air terjun Sungai Gumba.

“Dinamakan begitu karena mungkin dulunya di sini banyak terdapat tumbuhan gumba (salah satu jenis tumbuhan semak), atau mungkin karena memang di sini selalu ada angin, makanya ada yang menyebutnya air terjun Mandin Baangin. Tetapi sama saja, mau menyebut nama Mandin Baangin atau Sungai Gumba tidak masalah,” jelas Linut.

Tingkat kedua air terjun Mandin Baangin. (foto: yat/koranbanjar.net)

Tingkatan kedua hingga keempat air terjun Mandin Baangin yang tidak kalah bagus dengan air terjun di bawahnya, dapat dijangkau melewati jalan samping air terjun menuju ke atas.

“Air terjun Mandin Baangin merupakan satu-satunya air terjun di wilayah Loksado yang benar-benar ada empat tingkat,” imbuh Linut.

Tingkat ketiga dan keempat. (foto: yat/koranbanjar.net)

Menariknya, tak jauh dari air terjun Mandin Baangin, terdapat sebuah gua yang masih jarang terjamah manusia. Namanya gua Sumber Keramat Nini Datu.

Meski namanya terkesan angker, keindahan gua ini jangan diragukan. Ia patut dimasukkan ke daftar destinasi bagi wisatawan yang ingin mengunjungi air terjun Mandin Baangin.

Selain keindahannya, aliran air yang merembes dari celah-celah batu gua menjadi keunikan khas yang terdapat di gua Sumber Keramat Nini Datu.

Mulut gua Sumber Keramat Nini Datu. (foto: yat/koranbanjar.net)

Aliran air melalui celah batu gua tersebut secara alami mengalir hingga ke sungai. Hal ini membuat gua Sumber Keramat Datu Nini seolah memiliki sumber mata air tersendiri.

Keindahan belum berakhir di situ, sekitar beberapa ratus meter dari gua Sumber Keramat Datu Nini terdapat air terjun Tumingki.

“Namanya memang sama dengan nama desa tetangga sebelah, tidak tahu kenapa dinamakan begitu,” ujar Linut.

Air terjun Tumingki memiliki suhu air yang lebih dingin dari suhu air di Mandin Baangin. Hal ini wajar mengingat air terjun Tumingki sulit dicapai sinar matahari secara langsung karena tertutup hutan lebat.

Air terjun Tumingki. (foto: yat/koranbanjar.net)

Di tengah perjalan pulang menuju Desa Kamawakan, kami sempat bertemu dan berbincang dengan salah satu pengunjung dari Kandangan, Azeli Riswan.

Dia mengatakan, air terjun empat tingkat Mandin Baangin layak dikembangkan menjadi destinasi wisata nasional jika dipromosikan dan dikelola dengan baik.

“Pesona keindahan air terjunnya yang empat tingkat tentu dapat bersaing dengan air terjun di Haratai yang sudah menjadi destinasi nasional dan sering dikunjungi turis mancanegara. Apalagi para penduduk di sini sangat ramah kepada pengunjung,” ucapnya.

Bagaimana, tertarik mengunjungi air terjun empat tingkat Mandin Baangin, surganya kecilnya Desa Kamawakan? (yat/dny)