Memperhatikan Lingkungan Itu Memanjangkan Umur

BANJARMASIN – Kualitas lingkungan yang semakin menurun menjadi perhatian Komunitas Melingai (Masyarakat Peduli Sungai) untuk berpartisipasi menjaga ekosistem tetap berjalan dengan baik. Mereka percaya, kepedulian itu memanjangkan umur pelakunya.

Kepedulian Melingai yang didasari ketulusan hati itu terus berjalan, tanpa peduli upah, gaji, bahkan puji.

“Kita di sini tidak ada yang menyuruh, tidak minta hargai, tidak minta puji,” ujar Koordinator Lapangan Melingai, Hasan Zainuddin saat menjadi narasumber dialog publik oleh LPM  Kinday bertopik ‘Meraba Masa Depan Kota Banjarmasin’ di Universitas Lambung Mangkurat, belum lama tadi.

Dalam acara itu, Paman Anum –akrab dia disapa- mengajak peserta dialog publik yang banyak dihadiri mahasiswa antar perguruan tinggi tersebut, untuk peduli dengan lingkungan. Dan kepedulian yang seperti itu hendaknya, menurut dia, tidak didasari dengan penilaian makhluk.

“Setiap kepedulian ini ada nilai. Dan biarlah Sang Pencipta yang menilainya,” ucapnya.

Jadi, lanjutnya, ada yang lebih tinggi nilainya ketimbang upah dan pujian, sambung Paman Anum. Contohnya seperti seorang yang menanam pohon. Satu pohon ada banyak kebaikan yang dihasilkan, menyerap racun, memberikan oksigen, menyerap air, memperindah lingkungan, memberi keteduhan, dan lain sebagainya.

“Jika pohon itu berumur 300 tahun misalnya, berapa hitungan kebaikan bagi si penanam. Boleh jadi umur biologis 70 hingga 100 tahun. Tapi kebaikannya terus mengalir, ketika dia telah tiada. Bayangkan kalau yang dia tanam ribuan pohon,” terang Paman Anum yang juga wartawan senior di Banjarmasin ini.

Karena itu, Paman Anum mengobarkan semangat mahasiswa untuk menjadi generasi emas dalam hal peduli lingkungan.

Dia sedikit mengungkapkan kerja Komunitas Melingai yang kini menjadi wadah perjuangannya dalam peduli lingkungan. Di antaranya membersihkan banyak sungai, menanam pohon, dan melepaskan bibit ikan ke sungai. Adapun anggotanya berisi orang-orang yang peduli lingkungan dari lintas profesi, yang terkadang, memakai uang saku sendiri.

“Melingai ini seperti perahu yang kadang menepi di pelabuhan. Tapi dia selalu terus berjalan. Ada yang masuk, ada yang keluar. Kalau mau ikut silakan, terbuka untuk siapa saja yang peduli lingkungan,” jelasnya.(abn)