Religi  

Inovasi Alat Bantu Penolong Pernafasan Bayi Bikin Kalsel Ukir Sejarah

KORANBANJAR.NET – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, mengukir sejarah pada lomba karya inovasi nasional di bidang pelayanan publik.

Ini setelah salah satu perangkat daerah, yakni  RSUD Ulin Banjarmasin, melahirkan karya besar dan berhasil masuk dalam daftar Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018.

Inovasi yang dikaryakan dan dinyatakan layak masuk dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (Kemenpan BR) RI itu, adalah penemuan alat bantu nafas alternatif bagi bayi atau dikenal dengan istilah Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece(BIRD).

Menurut sang inovator, yakni Prof. Dr. dr. H. Ari Yunanto, Sp.A (K) IBCLC., SH, saat mempresentasikan latar lahirnya inovasi itu di depan tim dewan juri yang merupakan para pakar ahli dari unsur akademisi, kelompok profesi dan praktisi pers. Dari tiga penyebab kematian utama pada bayi, yakni gawat nafas, infeksi, berat lahir rendah atau prematur, diketahui gawat nafas merupakan kasus dominan penyebab utama kematian bayi.

“Gawat nafas merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi. Sementara alat bantu nafas yang dapat memberikan tekanan positif yang kontinu yaitu continuous positve airway pressure (CPAP), jumlahnya sangat terbatas di rumah sakit atau puskesmas – puskesmas kabupaten/kota di Kalsel,” terang profesor spesialis anak ini, di Ruang Rapat Utama Kemenpan BR RI, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (11/7).

Dijelaskannya, alat bantu pernafasan bayi yang yang dijual di pasaran sekarang   harganya cukup mahal, yakni Rp. 91.763.000.

Faktor mahalnya alat CPAP, lanjut Prof Ari, salah satu latar mengapa rumah sakit kabupaten/kota atau puskesmas kekurangan alat ini. Sementara ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan jumlahnya tidak bisa diprediksi.

Melalui proses kerja tim yang solid, akhirnya RSUD Ulin berhasil menemukan alat alternatif bantu nafas pada bayi.

“Teknologi pembuatannya sangat sederhana, yakni dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernafasan bayi,” ungkapnya.

Bahkan kalau dirupiahkan, lanjutnya, satu alat yang dibuat hanya mengeluarkan biaya  Rp 280.000. Sebuah nilai yang jauh lebih murah dari harga di pasaran.

“Keunggulan lain alat ini yaitu cukup mudah dalam pengunaannya. Karena alat ini hasil modifikasi dari alat medis yang sehari hari digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan,” sebutnya.

Alat ini sudah digunakan beberapa rumah sakit di Kalsel antara lain RS Ratu Zalecha Martapura, Tabalong, Amuntai dan Pelaihari.

Sementara itu Direktur Utama RSUD Ulin Banjarmasin, drg Hj Suciati, yang turut mendampingi bersama Asisten I Bidang Pemerintahan Setdaprov Kalsel, H Siswansyah, menambahkan penemuan alat bantu pernafasan bayi itu terbukti mampu mengurangi angka kematian bayi.

“Berdasarkan data, sejak tahun 2008 alat itu diciptakan, mampu menurunkan angka kematan bayi karena gawat nafas dari 15 persen  menjadi 9 persen pada tahun 2014,” jelasnya. (hsmprov/dra)