Elektabilitas Jokowi belum Aman Hadapi Prabowo

NASIONAL, KORANBANJAR.NET – Berdasarkan survei yang dilakukan Indikator Politik terhadap 1.220 responden di 34 provinsi yang ada di Indonesia pada tanggal 1 hingga 6 September 2018 lalu, elektabilitas pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin, unggul sebesar 57,7 persen dibandingkan paslon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hanya sebesar 32,3 persen. Sedangkansekitar 9 persen lainnya belum menentukan pilihan, dan 1 persen mengaku tidak memilih adau golput.

Kendati demikian, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, keunggulan Jokowi-Ma’ruf belum aman karena pemilihan presiden baru akan digelar tujuh bulan lagi.

“Jadi pemilunya bukan waktu survei dilakukan, pemilunya April 2019. Dengan selisih ini maka belum masuk kategori sangat aman untuk membungkus keamanan. Karenanya, buat pendukung Pak Jokowi jumlah 57 persenpun itu harusnya dijadikan pelecut untuk menaikkan elektabilitas. Sebaliknya, buat pendukung Prabowo-Sandi, ini bukan akhir dari sebuah perjuangan,” tutur Burhanuddin Muhtadi di Kantor Indikator Politik, Cikini, Jakarta, Rabu (26/9), seperti dirangkum dari VOA Indonesia (afiliasi koranbanjar.net).

Burhanudin menambahkan, sebagian responden yang disurvei waktu itu menyatakan kecil kemungkinan akan mengubah pilihannya saat Pilpres 2019 mendatang mencapai 44,8 persen, dan hanya 20,4 persen responden yang kemungkinan besar akan mengubah pilihan mereka. Sementara 29,5 persen sisanya, sangat kecil kemungkinan mengubah pilihan, dan 4,6 persen sangat besar kemungkinan mengubah pilihan.

Dari sisi cawapres, hasil survei Indikator Politik menunjukkan bahwa Prabowo diuntungkan karena telah menggandeng Sandiaga Uno, dibandingkan Jokowi yang menggandeng Ma’ruf Amin. Hal tersebut tergambar dari sejumlah citra personal Sandiaga Uno yang mengungguli Ma’ruf Amin. Di antaranya perhatian pada rakyat, tegas dan berwibawa, mampu mengatasi permasalahan bangsa dan mampu memimpin Indonesia.

Dari kanan berdiri: Burhanuddin Muhtadi, Mardani Ali Sera, Bambang Soesatyo, Maruarar Sirait, Riza Patria. (Foto: VOA Indonseia)

Menanggapi hasil survei tersebut, Wakil Koordinator Bidang (Wakorbid) Pratama Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan, akan memastikan kerja-kerja politik untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf. Termasuk memberikan kemenangan di daerah-daerah yang tingkat elektabilitas dari Jokowinya rendah.

“Kalau dulu Pak Jokowi kalah di 10 daerah seperti Banten, Jabar, Sumbar, Aceh, Riau, NTB, Gorontalo, Kalsel dan lain-lain itu karena Golkar belum mendukung Jokowi. Tapi saya yakin dengan Golkar di Jokowi, paling tidak, Banten, Sumbar, Jabar itu akan menjadi ladang suara Pak Jokowi, karena Golkar menang di daerah tersebut,” jelas Bambang Soesatyo.

Bambang Soesatyo menjelaskan, demi memastikan mesin partainya berjalan pada Pilpres 2019 mendatang, partainya juga akan memberikan sanksi kepada kader-kader yang membelot ke pasangan lain.

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera mengatakan, survei ini akan menjadi pemicu tim Prabowo-Sandi dalam bekerja. Apalagi, menurutnya, masih ada 30 persen yang belum menentukan pilihan dalam survei Indikator Politik.

“Kalau tingkat kepuasan publik dari Pak Jokowi sudah full, maka yang 30,4 persen ini akan memutuskan dengan segera. Tapi kami menilai 30,4 ini belum puas dengan Pak Jokowi. Kami di Prabowo-Sandi perlu membuktikan bahwa kita layak dimigrasi dari yang 30,4 itu,” tutur Mardani.

Mardani dengan pihaknya meyakini, efek dari Sandiaga Uno seperti yang digambarkan pada hasil survei akan terus mengalami peningkatan hingga hari pemilihan presiden pada April 2019.

Survei dari Indikator Politik ini dilakukan dengan metode wawancara lapangan pada tanggal 1-6 September 2018. Margin of error rata-rata dari survei ini yaitu sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (voa/dny)