Dilansir dari Alodokter.com, kabut asap merupakan jenis polusi udara yang dihasilkan dari campuran beberapa gas dan partikel yang bereaksi dengan sinar matahari. Gas-gas yang terlibat dalam proses ini adalah karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), senyawa organik volatil (VOC), dan ozon. Sementara itu, partikel-partikel yang terdapat dalam kabut asap adalah asap itu sendiri, debu, pasir, dan serbuk sari.

Kabut asap tentu memiliki efek bagi orang yang tinggal di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk tersebut. Efek jangka pendek akibat kabut asap diantaranya adalah susah bernapas dan kerusakan paru-paru.

Tingginya konsentrasi asap di udara akan membuat kita sulit bernapas dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Hal ini terutama menimpa mereka yang banyak beraktivitas di ruangan terbuka. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup kabut asap ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit paru-paru seperti infeksi paru-paru terutama pada anak-anak, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan kanker paru-paru.

Lalu efek lain adalah batuk dan iritasi tenggorokan. Saat terkena paparan asap, seseorang dapat mengalami batuk dan iritasi tenggorokan. Umumnya keluhan ini berlangsung selama beberapa jam. Namun, efeknya bagi sistem pernapasan manusia bisa berlangsung lama walau gejala sudah menghilang.

Selain itu, kabut asap dapat memperburuk gejala penyakit paru-paru, seperti penyakit asma dan PPOK yang berisiko menjadi semakin parah jika terhirup kabut asap. Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa pada musim kabut asap, jumlah kunjungan di unit gawat darurat terkait kambuhnya gejala penyakit asma dan PPOK turut meningkat. Hal ini dikarenakan zat yang terkandung dalam kabut asap bersifat iritatif dan dapat membuat paru-paru meradang.

Jantung pun akan terdampak karena partikel-partikel yang ada dalam kabut asap berisiko menginfiltrasi aliran darah manusia sehingga dapat berakibat buruk bagi jantung. Hal ini terjadi karena partikel dalam kabut asap biasanya sangat kecil, yaitu kurang dari 10 mikrometer. Makin kecil ukuran partikel, maka makin besar risiko yang bisa ditimbulkan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan kabut asap dalam jangka panjang berkaitan erat dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner dan penumpukan plak pada pembuluh darah. Hal ini diduga berkaitan dengan proses peradangan yang muncul karena paparan partikel yang ada dalam kabut asap.

Efek buruk kabut asap juga dapat menyebabkan iritasi pada mata, akibat debu dan zat iritatif di dalam kabut asap. Untuk itu, sediakan obat tetes mata dan jangan lupa gunakan kacamata jika bepergian ke luar rumah.

Apabila seseorang terpapar kabut asap dalam jangka panjang, maka orang tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru, sekalipun dia bukan perokok. Karena, kabut asap mengandung banyak partikel penyebab kanker (karsinogen).

Tak hanya menimbulkan gangguan pada organ dalam, seperti paru-paru dan jantung, polusi udara dan kabut asap juga dapat merusak kulit. Kabut asap dapat merusak kulit dengan cara menimbulkan iritasi dan peradangan pada jaringan kulit. Penelitian menunjukkan bahwa kabut asap dapat meningkatkan risiko penuaan dini kulit, jerawat, kanker kulit, dan memberatnya gejala eksim dan psoriasis.

Perlu dicatat bahwa efek buruk kabut asap berbeda-beda pada tiap individu. Bayi, anak-anak, dan manula adalah kelompok paling rentan terhadap efek kabut asap. Untuk itu, batasilah kegiatan di luar ruangan ketika musim kabut asap datang.

Jika pun harus beraktivitas di ruang terbuka, usahakan kegiatan yang dilakukan tidak terlalu menguras tenaga. Selain itu, pakailah masker untuk menutup mulut dan hidung Anda.