Badut Disamakan dengan Pengemis ? Begini Reaksi dari Beberapa Kalangan..

BANJARBARU – Belakangan warganet dibuat heboh dengan statement dari Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru yang menyamakan para badut dengan pengemis. Beberapa bulan terakhir ini, memang sedang banyak badut yang bermunculan di sekitaran Kota Banjarbaru.

Mereka memakai berbagai macam kostum tokoh kartun dan animasi yang sering ditonton anak-anak, yang tentunya membuat anak-anak pun suka melihat dan bermain dengannya.

Oleh karena itu, warganet pun ramai-ramai membela para badut yang menurut mereka tidak bisa disamakan dengan pengemis. Mereka menjual jasa dan tidak minta untuk diberi uang, hanya menari-nari dan menghibur serta sesekali diajak berfoto lalu orang-orang memberi mereka uang secara sukarela.

Nah, bagaimana reaksi dari para badut dan pemilik dari kostum badut tentang statement ini ? Dan bagaimana pula reaksi para orang tua dan warga tentang masalah ini ? Akan saya bahas dalam tulisan berikut.

Menurut Andre selaku pemilik kostum badut, dirinya hanya meminjamkan kostum itu kepada para pemuda yang saat ini sedang tidak memiliki pekerjaan. Dia memang mempunyai usaha sulap dan badut ulang tahun.

“Saya kasian melihat mereka mba, harus kerja serabutan dan tidur di emperan toko. Daripada kostum badut yang saya punya tidak terpakai karena tidak setiap hari ada orderan acara ulang tahun, jadi lebih baik saya pinjamkan kepada mereka, saya cuma ingin memberikan lapangan pekerjaan untuk mereka. Kalau ada yang bilang badut itu sama dengan pengemis, saya sangat tidak setuju, kalau mereka bilang begitu, apa mereka bisa dan mau memberi lapangan pekerjaan bagi para badut itu. Alhamdulillah, dengan menjadi badut penghasilan mereka sekarang bisa ngontrak rumah dan mencukupi kebutuhan hidup disini,” ujarnya.

Sedangkan menurut salah satu badut yang memakai kostum tokoh animasi Shaun The Sheep bernama Laila, pihaknya tidak merasa menjadi pengemis. Dia hanya berniat menghibur orang.

Ulun pribadi murni niat untuk menghibur mba, jadi kalau dibilang seperti pengemis menurut ulun sama sekali kada, kami kadada niat mengemis. Murni ingin menghibur, karena ulun memakai topeng nih sambil joget-joget kadang kada sadar tiba-tiba sudah penuh kotaknya. Mereka yang memberi ulun gin kadang malah yang berterima kasih, terima kasih karena sudah dihibur. Jadi kalau dibilang pengemis, menurut ulun pribadi, sama sekali kada, tidak ada niat mengemis,” ujarnya.

Para orang tua yang anak-anaknya suka dengan kehadiran badut turut memberikan kementarnya, kepada wartawan koranbanjar.net. Mai mengatakan anaknya sangat suka dengan badut terutama yang memakai kostum tokoh animasi BoBoiBoy.

“Kebetulan anakku suka sama yang Boboiboy ya say, jadinya suka aja ngeliat mereka. Bener kata pak Walikota kalau mereka berpakaian badut malah lebih kreatif, hehe. Mungkin sebagian orang mikirnya negatif tentang badut-badut ini, padahal niat mereka kan cuma menghibur anak-anak, termasuk anakku sendiri. Kalau menurutku sih, suka-suka aja pang, kan orang cari rezeki ya kalo ? juga bagusnya badut ini mereka kada mengganggu urang jua,” ujar Mai.

Lain lagi dengan komentar salah satu warga bernama Tata, dia menilai badut ini sama sekali tidak mengganggu dan tidak bisa disamakan dengan pengemis.

“Sah-sah saja kalau mereka ingin mencari rezeki, mereka juga tidak meminta hanya menerima dari pemberian orang lain secara sukarela. Sebesar-besarnya penghasilan dari menjadi badut, tidak akan membuat populasi badut di Kota Banjarbaru menjadi bertambah dan menjadi pilihan mata pencaharian sebagian orang. Juga sebesar-besarnya penghasilan para badut sudah tentu lebih banyak penghasilan Pak Sekda,” ujar Tata.

Hadirnya para badut di Kota Banjarbaru yang belakangan semakin banyak bermunculan membuat berbagai kalangan memiliki pendapatnya masing-masing. Polemik yang ada menjadi tantangan Pemerintah Kota Banjarbaru, untuk mencari solusi dan jalan tengah dari masalah ini.

Disamping itu, menjadi badut menjadi solusi bagi mereka yang saat ini sedang kesusahan karena menganggur. Karena kemurahan hati dari pemilik kostum badut mereka sekarang memiliki pekerjaan walaupun dengan penghasilan yang tidak menentu.(ana)