Tak Berkategori  

21 Desa di Lombok Masih Terisolir

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan saat ini ada 21 desa yang terisolir dan membutuhkan bantuan. Di daerah ini tim SAR belum melakukan evakuasi dan masyarakat yang mengungsi belum mendapatkan bantuan. Hal ini di antaranya disebabkan jembatan-jembatan yang terputus, listrik yang masih padam dan minimnya peralatan.

Upaya penyelamatan korban gempa bumi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang diperkirakan terjebak di atara reruntuhan bangunan masih tersendat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantornya Selasa (7/8) mengatakan evakuasi yang dilakukan Tim Basarnas terus dilakukan. Jumlah korban yang meninggal akibat gempa Lombok bertambah menjadi 105 orang dan korban luka-luka 236 orang, ribuan rumah rusak dan ribuan warga mengungsi.

Petugas memperkirakan banyak korban yang masih tertimbun di sejumlah lokasi. Menurut Sutopo pencarian, penyelamatan dan evakuasi terus dilakukan. Meski demikian kata Sutopo ada 21 desa yang terisolir dan membutuhkan bantuan.

Di desa ini menurut Sutopo tim SAR belum melakukan evakuasi dan masyarakat yang mengungsi belum mendapatkan bantuan. Delapan desa yang terisolir tersebut berada di Lombok Utara yang merupakan daerah yang paling parah terkana dampak gempa (Desa Bayan Beleq, Mumbul Sari, Desa Teniga, Desa Tukan Bendu Santong, Desa Salut, Desa Medane, Desa Sambik elen dan Desa Tegal Maja).

Tiga desa terisolir lainnya berada di Lombok Barat (Desa Mekar Sari, Desa Kekait, Wadon) dan 10 desa berada di Lombok Timur (Desa Obel-obel, Sajang, Sembalun Lawang, Sembalun Timba Gading, Sembalun Bumbung, Bilok Petung, Belanting, Dara Kunci, Madayin dan Bagik Manis.

Menurut Sutopo hal tersebut di antaranya disebabkan listrik yang masih padam di Kabupaten Lombok Utara dan Sebagian Lombok Timur. Pemadaman terjadi akibat adanya beberapa infrastruktur jaringan dan gardu yang mengalami kerusakan, jembatan-jembatan yang rusak yang menghambat dilakukannya proses evakuasi dan distribusi, minimnya peralatan, layanan komunikasi terganggu, logistik yang terbatas serta ada pengungsi yang berada di bukit-bukit.

“Logistik terbatas. Logistik yang ada tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah pengungsi yang ada. Kemudian listrik masih padam. Untuk wilayah Lombok Utara sampai saat ini baru 25 persen listrik menyala. PLN terus melakukan perbaikan, keterbatasan air bersih sementara para pengungsi tersebar bahkan ada yang di bukit-bukit yang sulit untuk dijangkau.Inilah yang menyebabkan distribusi logistik mengalami kendala,” ujar Sutopo.(fw/em/voaindonesia.com/sir)